Biografi mama dedeh

A.    Biografi Mamah Dedeh
Dedeh Rosidah atau lebih dikenal dengan Mamah Dedeh lahir di Ciamis, 5 Agustus 1951; umur 65 tahun adalah seorang Pendakwah / Ustadzah. Ia dikenal sebagai pengisi dalam acara Mamah dan Aa yang ditayangkan di Indosiar. 

Lahir5 Agustus 1951 (65 tahun), Kabupaten Ciamis
KebangsaanIndonesia
Dedeh Rosyidah Syarifudin yang lebih familiar disapa Mamah Dedeh, pengisi acara siraman rohani berjudul “Mamah dan Aa” pada periode 2007 an, bersama Abdel. Setelah beberapa tahun mangkal di Indosiar, Mamah Dedeh kini setiap pagi menghiasi program ANTV dengan tajuk “Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh”.
Aksen khas dari Mamah Dedeh ini terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan sejak kecil, ketika beliau dan kelima saudaranya mulai bahu-membahu membantu orangtua dengan bekerja di sawah. Siang hari, kedua orangtua Mamah Dedeh bekerja sebagai petani dan menjadi guru ngaji bila malam tiba. Kehidupan masa kecil Mamah Dedeh biasa-biasa saja, sama seperti layaknya anak lain, namun ia besar dalam lingkungan pesantren yang kental nuansa agama Islam.
Layaknya anak-anak, Mamah Dedeh dan kakak-adiknya juga sering bertengkar. Penyebabnya, biasanya karena berebut mainan dan makanan. Meski kebanyakan anaknya adalah perempuan, kedua orangtua Mamah Dedeh justru menempa keenam anaknya supaya menjadi anak yang mandiri sejak SD.
K.H. Sujai (Alm) yang merupakan ayah dari Mamah Dedeh juga seorang mubalig. Jadi tidak heran jika sedikit banyak Mamah Dedeh mewarisi bakat berdakwah dari sang ayah. Namun sewaktu kecil dan beranjak dewasa, Mamah Dedeh justru bercita-cita menjadi seorang seniman, tepatnya menjadi seorang pelukis. Cita-cita ini tentu saja tidak mendapat restu dari kedua orangtua Mamah Dedeh.
Lulus SD, Mamah Dedeh melanjutkan sekolahnya ke sekolah agama, lalu meninggalkan Ciamis untuk kuliah di Jakarta. Dari sinilah rutinitas mengajar mengajinya yang tak pernah terhenti sejak kecil jadi makin melebar. Pernikahannya dengan anak Kiai juga ikut memberi andil dalam membesarkan kiprahnya di dunia dakwah..


B.     Kisah Masa Muda Mamah Dedeh
1.      Menikah Saat Kuliah
Mamah Dedeh melajutkan kuliah di Jakarta mendalami ilmu agama Fakultas Tarbiyah di IAIN yang kini bernama UIN Syarief Hidayatullah di Ciputat, Di bangku kuliah juga Mamah Dedeh bertemu jodohnya yaitu (alm) Syarifuddin, yang merupakan kakak kelas Mamah Dedeh di kampus. Memang sudah suratan takdir, ternyata (alm) Syarifudin yang juga merupakan putra dari seorang mubalig bernama KH. Hasan Basri yang masih keturunan dari Guru Mughni.Jakarta.
Mamah Dedeh dan (alm) Syarifudin akhirnya memutuskan menikah pada tahun 1970. Dan pada saat itu Mamah Dedeh masih kuliah di IAIN. Tapatnya mereka menikah saat Mamah Dedeh menginjak tahun ke tiga kuliahnya.
Setelah menikah, Mamah Dedeh kembali ke kampus untuk meneruskan kuliah. Dan memilih tetap tinggal di asrama kampus. Namun setiap akhir pekan ia dijemput suami untuk pulang ke rumah ayah Syarifudin di bilangan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Tiap kali pulang ke rumah mertuanya, Mamah Dedeh membantu melakukan pekerjaan rumah tangga, termasuk menyiram tanaman, menyapu dan sebagainya. Senin Subuh, barulah dia diantarkan kembali ke asrama.
Menikah sambil kuliah tidaklah sulit bagi seorang Mamah Dedeh, karena ia selalu menjalaninya dengan senang hati. Empat tahun setelah menikah, yaitu tahun 1974, Mamah Dedeh melahirkan anak pertama. Kala itu, Mamah Dedeh sudah lulus kuliah dan untuk sementara tinggal di rumah mertuanya di kawasan Tanah Abang. Lima tahun kemudian, setelah punya dua anak, Mamah Dedeh dan keluarga kecilnya pindah ke Depok. Hidup di Depok Mamah Dedeh kemudian dikaruniai 3 anak lagi dari pernikahannya.
Menikah dan punya anak tidak mengurangi kegiatan Mamah Dedeh untuk terus berdakwah. Selain berdakwah di Ciputat, ia juga mengajar mengaji di Tanah Abang, mengikuti kegiatan keluarga suami. Setelah pindah ke Depok, semakin luas pergaulan dan jaringan Mamah Dedeh, dan makin banyak tempat yang dikunjungi untuk berdakwah. Pada tahun 1994 aktivitas dakwah off air dari kampung ke kampung, kota ke kota dan menjadi narasumber di berbagai kelompok pengajian rupanya menarik perhatian aktor komedian almarhum Benjamin Sueb yang kala itu sedang mencari pendakwah perempuan.
Kemudian tahun 1995 oleh Benyamin, Mama Dedeh diajak bergabung menjadi penyiar di Bens Radio yang punya jaringan siaran di 33 kota di Indonesia. Radio bentukan Budayawan Betawi Benyamin Sueb itu menjadi titik awal karier Mamah Dedeh sebagai penceramah.
Sejak saat itu perlahan namun pasti nama Mamah Dedeh mulai dikenal luas oleh masyarakat. Dan kesempatan untuk tampil dalam acara skala nasional pun tiba. Ketika tahun 2007 ia dipercaya memandu talk show religius di Indosiar. Acara ini diberi nama “Mamah dan Aa” ditayangkan setiap Jumat-Sabtu pada pagi hari. Sampai tahun 2016 Mama Dedeh masih aktif berdawah di layar kaca.
2.      Pindah Rumah
Menikah sambil kuliah tidak menjadi hambatan bagi mamah dedeh, karena ia menjalaninya dengan senang hati. Empat tahun setelah menikah, yaitu tahun 1974, Mamah Dedeh melahirkan anak pertama. Waktu itu, ia sudah lulus kuliah dan pulang ke rumah mertuanya. Lima tahun kemudian, setelah punya dua anak, Mamah Dedeh pindah ke Depok dan disinilah ia melahirkan dua anak lagi. Karena dulunya terbiasa hidup di kampung dan terbiasa bekerja, mengurus anak-anak tidaklah masalah baginya.
Setelah menikah, selain berdakwah di Ciputat, Mamah Dedeh juga mengajar mengaji di Tanah Abang, mengikuti kegiatan keluarga suami.Setelah pindah ke Depok, semakin luas pergaulannya, dan makin banyak tempatnya berdakwah. Pada tahun 1995 Aktivitas dakwah off air dari kampung ke kampung, kota ke kota dan menjadi narasumber di berbagai kelompok pengajian rupanya menarik perhatian almarhum Benjamin Sueb, pendiri sekaligus pemilik Bens Radio meminta Mamah Dedeh untuk ceramah on air di Bens Radio yang ditayangkan secara LIVE dan akhirnya menjadi penceramah tetap untuk mengisi program “Ngaji” yang diadakan setiap Jumat.

3.      Diundang Menteri
Sejak tahun 1980, Mamah Dedeh yang juga pendakwah beserta teman-temannya mempunya ratusan anak asuh.Mereka membiayai sekolah mereka, mulai dari siswa SD sampai SMA. Salah satu dari anak asuhnya itu ada yang jadi penyiar di Bens Radio milik almarhum Benyamin S. Tahun 1994, kebetulan Benyamin sedang mencari pendakwah perempuan. Anak asuhnya itu menyodorkan nama Mamah Dedeh. Mamah Dedeh juga sering diundang oleh berbagai kalangan, mulai dari kelompok pengajian, gubernur, sampai menteri.





C.    Gaya Komunikasi Mamah Dedeh dalam Berdakwah
program “Mamah dan Aa” sebuah talk show yang berisi ajaran nilai-nilai dakwah yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Acara ini juga berfungsi sebagai medium penyeimbang (balance), refleksi dan koreksi terhadap persoalan Agama Islam yang dikupas secara interaktif dan menyeluruh. Hadirnya Mamah Dedeh yang memiliki keahlian dalam bidang ilmu keagamaan yang berperan sebagai narasumber, dalam acara ini Mamah tidak hanya sendiri namun didampingi oleh Abdel sebagai host atau pembawa acara. Acara Mamah dan Aa ditayangkan setiap hari pagi pukul 05.00-06.00 WIB di INDOSIAR dan siaran ulangnya di ELSHINTA jam 10.00-11.00.
Acara Mamah dan Aa pernah menempati sharing audience kedua pada program televisi yang paling memberikan model perilaku yang baik: 1. Kick Andy (Metro TV) 16.0% 2. Mamah dan Aa (Indosiar) 9.9% 3. Mario Teguh The Golden Ways (Metro TV) 8.5% 4. Jalan Sesama (Trans 7) 3.3% 5. John Pantau (Trans TV) 3.3% 6. Lainnya 59.0% (Lihat Harian Kompas pada kolom Kompasiana Baru-Jakarta 23 February 2010).
Hampir seluruh ceramah Mamah Dedeh dalam program “Mama dan Aa” yang disiarkan melalui stasiun Televisi Indosiar menggunakan gaya komunikasi (communications style) dengan gaya komnikasi asertif dengan type efektif dan aktif. Ditinjau dari sudut komunikasi “high context atau low context” Mama Dedeh lebih banyak berkomunikasi secara low contex atau kontek rendah . Mama Dedeh banyak bicara secara lansung terutama dalam berkomunikasi dengan audience di studio yang rata-rata masyarakat berpendidkan menengah kebawah. Komunikasi lansung dengan kontek rendah akan lebih cepat dipahami oleh audiens. Disamping ditinjau dari sudut gaya komunikasi lain Mamah Dedeh menggunakan hukum komunikasi REAC (Respect, Emphaty, Clariy, dan Humle), Mama Dedeh


D.    Pemikiran Islam Menurut Mamah Dedeh
Mama Dede dalam melakukan pendekatan agama cenderung menggunakan pendekatan tekstual. Apa itu pendekatan tekstual? Pendekatan tekstual atau tradisional terhadap agama (al Qu’an) adalah menafsirkan atau mengamalkan ajaran islam sesuai teks yang tertulis. Dalam khazanah pemikiran islam, lebih dikenal dengan pendekatan Usul al Fikh. Abdou Filali-Ansary menyebutnya sistem ajaran dan hukum yang cenderung mendefenisikan religiusitas ortodoks yang merujuk pada tradisi tulis/teks (al Qur’an).
Implikasinya tentu saja adalah taqlid buta atau dogmatisme, yaitu mengikuti suatu ajaran tanpa pertimbangan nalar serta  penghilangan dimensi esoterik al Qur’an yang berujung pada keringnya makna. Ini tentu saja akan membuat kita sebagai orang islam kesusahan menghadapi perubahan – perubahan dan masalah – masalah global yang tidak kita temukan secara tekstual dalam al Qur’an. Pluralisme, persoalan-persoalan keyakinan, serta kasus gender dan HAM adalah beberapa diantaranya.
Selain itu, pendekatan ini juga tidak memberikan ruang pada ‘akal’ sebagai sebuah anugrah tertinggi dari tuhan. Akal yang kita tahu sebagai ‘daya’ untuk memperoleh pengetahuan, juga berfungsi untuk membedakan mana yang baik dan buruk, baik dan jahat atau dalam bahasa kaum Mu’tazilah, sebagai penyampai tugas – tugas moral. Atau seperti yang dituliskan Harun Nasution dalam bukunya Akal dan Wahyu dalam Islam, “petunjuk jalan bagi manusia dan yang membuat manusia menjadi pencipta perbuatannya”.


Oleh sebab itu, menggunakan pembacaan secara tekstual terhadap al Qur’an tidaklah cukup. Kita juga mesti melakukan pendekatan secara kontekstual. Kata “kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung dua arti, pertama adalah bagian sesuatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna. Kedua adalah situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian. Pendekatan ini menekankan sebab-sebab turunnya sebuah ayat dan kondisi serta setting sosial pada masa rasul. Ini merupakan elemen yang sangat penting dalam melakukan tafsir pada sebuah ayat sehingga bisa didapatkan pemahaman yang utuh.
Kita percaya bahwa al Qur’an adalah kitab suci yang relevan pada segala zaman. Relevansinya tentu saja adalah al Qur’an mesti berdialektika pada persoalan – persoalan modernitas, global, dan informasi pada saat ini. Sehingga oleh para pemikir – pemikir islam, mereka terus mencoba mendialogkannya dengan realitas yang terus berubah. Ketika kemudian al Qur’an gagal menjawab persoalan – persoalan kekinian, maka al Qur’an hanya akan menjadi teks bacaan semata yang didengunkan setiap selesai shalat atau pada acara – acara formal tertentu.
Berbeda dengan pendekatan kontekstual, seorang Fazlur Rahman menawarkan pembacaan secara hermeneutika terhadap al Qur’an. Hermeneutika oleh sebagian filsuf melihat bahasa (al Qur’an) sebagai sebuah metode dalam cara kita melihat kenyataan dan bagaimana kenyaataan tampil pada kita. Ada dua jalan yang ditempuh oleh Fazlur Rahman, pertama adalah kita berangkat dari persolan-persoalan sekarang ke masa turunnya Al qur’an ; lalu dari masa turunnya Al qur’an, kita kembali ke masa kini. Gerakan pertama terdiri dari dua langkah, yaitu pemahaman arti atau makna dari pernyataan Al qur’an dengan cara mengkaji situasi atau problem historis di mana pernyataan al Qur’an tersebut turun sebagai jawaban (Abd A’la, dalam Jurnal Afkar Edisi 8 2000, Hal. 124). Dari sini akan lebih membantu kita memahami konteks masyarakat muslim dan al Qur’an itu sendiri. Tahap selanjutnya adalah melakukan generalisasi dan jawaban spesifik terkait pesan –pesan moral yang sifatnya umum. Dengan metode hermeneutika dari Fazlur Rahman ini, kita akan melihat rahasia al Qur’an yang terdapat pada pesan – pesan simbolik dan cenderung metaforis.
Mungkin seorang Mama Dede adalah prototipe ulama perempuan Indonesia yang tradisionalistik. Semangatnya dalam melakukan dakwah dan syiar Islam penting kita apresiasi. Tetapi dalam segi ajaran dan pemikiran islam, tentu saja dia hanya menghadirkan satu dimensi keberagamaan yaitu dimensi hukum atau syariat. Padahal selain dimensi hukum dan syariat, Islam juga bisa dihadirkan dalam dimensi moral, kemanusiaan dan spiritualitas.
E.     Salah Satu Dakwah Mamah dedeh yang Kontroversi
Dalam acara Aksi Indosiar yang tayang pada 11 Juni 2015, Mamah Dedeh mengomentari Ceramah Asna yang saat itu tampil sebagai salah satu peserta da'i Aksi Indosiar. Disela-sela komentarnya tersebut, Mamah Dedeh mengemukakan pandangannya mengenai Islam Nusantara. Dimana menurut beliau Islam itu rahmat bagi seluruh alam. "Tidak ada satupun dalam Al-Qur'an maupun Hadits Rasulullah SAW, yang menyatakan bahwa dalam islam ada islam nusantara, Coret itu! Tidak ada dalam Islam."
Sontak pernyataan beliau tersebut menjadi perbincangan di khalayak ramai. Sebab islam nusantara memang menjadi hal sensitif untuk disinggung. Dimana banyak pro dan kontra mengenai adanya istilah islam nusantara. Hal ini karena tidak semua masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang sama. Selain itu, media informasi yang dibaca pun beragam. Sehingga menimbulkan berbagai tafsir yang berkembang di masyarakat.
Idealnya, masyarakat muslim tetap menghargai pandangan Mamah Dedeh tersebut sebagai bagian dari dinamika masyarakat muslim di nusantara saat ini. Meski memang tidak bisa dipungkiri, banyak hal yang bisa menimbulkan komentar balik dari pernyataan ustadzah yang dikenal seringlangsung "sikat" ketika menjawab pertanyaan atau menanggapi suatu masalah dari para jama'ahnya.
Istilah islam nusantara sendiri sebenarnya mulai mengemuka beberapa bulan terakhir ini. Walau secara kultural, sebenarnya islam nusantara sudah ada semenjak masyarakat nusantara memeluk agama islam. Dimana khazanah keislaman semakin kaya seiring berkembangnya agama islam ke seluruh pelosok dunia, termasuk Nusantara. Mungkin itulah salah satu makna dari agama islam sebagai rahmatan lil 'alamin. Sehingga islam tidak hanya untuk orang arab yang berbahasa arab, berbangsa arab, dan berbudaya arab, melainkan juga untuk semua orang yang memiliki berbagai bahasa, bangsa, dan budaya.














DAFTAR PUSTAKA
Sastrasunyi.blogspot.co.id/2014/11/kritik-atas-islam-mama-dede.html. Diakses tanggal 28 Januari 2017
Republikpos.com/2016/01/Profil-Mamah-Dedeh-dan-Cerita-Hidupnya/2. Diakses tanggal 28 Januari 2017



0 komentar:

My Instagram