1.
Arti secara
Bahasa dan Istilah
Kata asmaul husna berasal dari
bahasa arab Al-Asmaau yang berarti nama-nama, beberapa nama dan al-Husnaa yang
berarti yang baik, yang indah. Menurut istilah, asmaul husna berarti nama-nama
yang indah bagi Allah swt. Asmaul Husna hanya pantas dimiliki Allah swt, sesuai
kebesaran dan keagungan-Nya. Walaupun ada manusia yang mempunyai nama seperti
asmaul husna, namun hal itu hanyalah kesamaan nama saja. Asmaul husna Allah
sempurna, sedangkan nama-nama baik manusia sangat banyak kelemahannya, tidak
sesuai dengan keadaannya.
2.
Sejarah
Diturunkannya Ayat tentang Asmaul Husna
Di dalam kitab asbabunnuzul diterangkan bahwa pada
suatu hari Rasulullah saw. melakukan shalat di Mekah dan berdoa dengan
kata-kata, "Ya Rahman, Ya Rahim". Doa tersebut terdengar oleh sebagian
kaum musyrikin. Kala itu berkatalah mereka, "Perhatikan orang yang murtad
dari agamanya! Ia melarang kita menyeru 2 Tuhan, dan dia sendiri menyeru 2
Tuhan". Dengan adanya ucapan mereka itu, turunlah ayat sebagai berikut :
قُلِ ادْعُوا
اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ
الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ
ذَٰلِكَ سَبِيلً
Artinya :
Katakanlah:
"Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah
kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan
carilah jalan tengah di antara kedua itu".(Q.S. Al-Isra/17:110).
Menurut ayat
di atas, kaum musyrikin mengira bahwa Rasulullah saw, menyebut nama Allah dan
Ar-Rahman karena mereka tahu bahwa di Yamamah ada orang yang bernama Rahman.
Dengan turunnya Q.S. al-Isra ayat 110 di atas, berarti dugaan mereka telah
dibantah. Pada ayat yang lain, Allah swt berfirman sebagai berikut :
وَلِلَّهِ
الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي
أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya :
“Hanya milik Allah Asmaul Husna
(nama-nama yang baik), maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
nama-nama-Nya . Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan”. (Q.S. Al-A’raf/7:180).
Ayat di atas
memberi pengajaran kepada kita agar menyebut nama Allah dengan nama
keagungan-Nya, yakni asmaul husna. Terhadap orang-orang musyrik yang
menyalahartikan asmaul husna, kita disuruh untuk membiarkan saja karena Allah
sendiri yang akan memberi balasan terhadap perbuatan mereka di hari akhir
kelak.
Memahami
asmaul husna
1.
Ar-Rahman
(Maha pemurah)
Allah mempunyai sifat pemurah yang
selalu dilimpahkan kepada makhluknya apalagi makhluk-makhluk Allah yang
senantiasa taat dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2.
Ar-Rahim
(Maha Penyayang)
Asma Allah ini adalah asma yang ada
dalam bacaan Basmallah selain Ar-Rahman. Bahwasannya kita tau bahwa Allah
adalah Dzat yang Maha Penyayang. Karena
Allah sesungguhnya telah menyiapkan jalan keluar di setiap masalah yang
dihadapi oleh para makhluk-Nya.
3.
Al-Malik
(Maha Merajai)
Asma ini secara tidak langsung
diterangkan dalam potongan ayat 1 Q.S. Al-Fatihah yang artinya segala puji bagi
Allah Tuhan seluruh alam. “tuhan seluruh
alam” bisa diartikan Tuhan yang merajai seluruh alam.
4.
Al-Quddus
(Maha Suci)
Allah itu Maha Suci dan Men-Sucikan.
Itulah kenapa kita saat beribadah kepada-Nya diwajibkan menyucikan diri,
tempat, dan pakaian.
5.
As-Salam(Pemberi
Kedamaian)
Allah adalah Dzat yang Maha pemberi
kedamaian bagi setiap makhluk yang mau menjaga perdamaian.
6.
Al-Mu’min
(Maha Pemberi Keamanan)
Tidak ada perlindungan yang lebih
aman daripada perlindungan yang diberikan Allah. Untuk itu setiap dalam bahaya,
kita lebih baik berdoa kepada-Nya untuk
meminta perlindungan.
7.
Al-Muhaimin
(Maha memelihara)
Jika agama Hindu mempercayai bahwa
dewa Wisnu adalah sang dewa pemelihara, maka dalam islam tidak perlu ada dewa
untuk melakukan tugas ini. Karena
melalui kekuasaan Allah, Dia mampu melakukan tugas ini tanpa bantuan siapapun.
8.
Al-'Aziz
(Yang Maha Perkasa)
Allah berfirman dalam Q.S
Al-Juu’ah/62:1) yang artinya : “Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana”
Bertasbih berarti tunduk kepada sunnatullah
yang telah dicipta Allah untuk mengatur alam semesta. Daun yang sudah tua gugur
ke bumi pun tunduk dengan sunnatullah. Burung berkicau di pagi hari tunduk
kepada sunnatullah. Tak satu pun makhluk yang tidak tunduk terhadap aturan-Nya.
9.
Al-Jabbar
(Maha Pemaksa)
Allah memaksa umat-Nya untuk
mematuhi perintah-Nya. Sebagai bukti ada neraka sebagai balasan orang-orangyang
melanggar larangan-Nya.
10. Al-Mutakabbir
(Pemilik Segala Keagungan)
Ada bumi dan segala isinya, ataupun
galaksi dan alam semesta adalah tanda keagungan Allah.
11. Al-Khaliq
(Maha Pencipta)
Allah Maha Menciptakan hanya dengan
kata “Kun-fayakun” maka jadilah baik yang mugkin atau tidak mungkin.
12. Al-Bari’
(Maha Mengadakan)
Allah pasti akan mengadakan apa yang
kita butuhkan ketika kita juga selalu ingat dan percaya bahwa Allah akan
mengingat kita sebagai hamba-Nya.
13. Al-Mushawwir
(maha Pembentuk)
Dengan sifat ini Allah sangat
mungkin membentuk rupa atau apapun yang Dia kehendaki. Misalnya saja ada sapi
berkaki enam yang membuat orang selalu mengingat Allah.
14. Al-Ghafaar
(Yang Maha Pengampun)
Ampunan Allah diberikan kepada siapa
pun yang bersalah, selama orang tersebut mau bertobat, memohon ampun atas
dosa-dosanya. allah swt berfirman sebagai berikut :
Artinya: Dan sungguh, Aku Maha
Pengampun bagi yang bertobat, beriman, dan berbuat kebajikan, kemudian tetap
dalam petunjuk. (Q.S.Taha/20:82).
15. Al-Qohhar
(Maha Penakluk)
Karena sifat ini, para malaikatpun
takluk kepada-Nya dan menjadikan malaikat selalu mematuhi perintah-Nya.
16. Al-Wahab
(Maha Pemberi)
Sifat ini yang membuat manusia harus
berdoa dan meminta apapun hanya kepada Allah, tidak dengan menyembah berhala
atau berbuat musyrik.
17. Ar-Razzaq
(Maha Pemberi Rizki)
Sejak ruh ditiupkan kepada raga
manusia Allah telah menentukan rizki manusia, tapi hanya dengan berdoa dan
berikhtiar kepada Allah maka jalan rizki itu akan terbuka untuk kita.
18. Al-Fattaah
(Yang Maha Memberi Keputusan)
Pada hari akhir kelak, Allah swt
akan memutuskan perkara hamba Nya, kemudian memasukkan hamba ke janah atau nar.
Firman Allah swt
Sebagai berikut :
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ
Katakanlah: "Tuhan kita akan
mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan
benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui". (QS.
Saba/34:26)
19. Al-Alim
(Maha Mengetahui)
Allah maha mengetahui apa yang
dikerjakan oleh para umat-Nya sekalipun tak ada seorangpun yang mengetahuinya.
20. Al-Qabidh
(maha Menyempitkan)
Allah akan menyempitkan jalan kita
manakala jalanyang telah disediakan tertutup oleh dosa-dosa kita yang teramat
banyak.
21. Al-Baasith
(Yang Melapangkan Rezeki)
Allah lah yang membentangkan rezeki
yang di butuhkan hamba-Nya dan Allah lah yang mempersempit rezeki kepada hamba
yang di kehendaki. Firman Allah sebagai berikut :
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ
{٢٦}
Artinya: Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit) .(Q.S. Ar-ra'd/13:26)
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ
{٢٦}
Artinya: Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit) .(Q.S. Ar-ra'd/13:26)
22. Al-Khafidh
(maha Merendahkan)
Allah akan merndahkan derajat para
umat-Nya ketika tingkat keimanan dan ketaqwaan kita berkurang.
23. Ar-Rafi’
(Maha meninggikan)
Kebalikan dari sifat Al-Khafidh yang
Maha Merendahkan, Allah juga akan meninggikan derajat umat-Nya ketika kita
senantiasa menambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah.
24. Al-Mu’izz
(Maha Memuliakan)
Allah akan memuliakan orang-orang
yang mau memuliakan Allah dan parautusan Allah.
25. Al-Mudzill
(Maha Menghinakan)
26. As-Sami’
(Maha Mendengar)
27. Al-Bashir
Maha melihat)
28. Al-Hakim
(Maha Menetapkan Hukum)
29. Al-'Adlu
(Yang Maha Adil)
Di dunia Allah berlaku adil. Ia
memberi rezeki terhadap semua manusia, baik yang taat maupun yang durhaka
kepada Nya. Di akhirat kelak Allah juga berlaku adil, hamba yang taat selama
hidupnya di dunia akan diberi balasan nikmat di janah, sedangkan hamba yang
durhaka diberi balasan siksa di naraka.
30. Al-Khabir(Maha
Waspada)
31. Al-Halim
(Maha penyantun)
32. Al-‘Adzim
(Maha Agung)
33. Al-Ghafur
(Maha Pengampun)
34. Asy-Syakur
(Maha Penerima Syukur)
35. Al-‘Aliyy
(Maha Tinggi)
36. Al-Kabir
(Maha Besar)
37. Al-Hafizh
(Maha Memelihara)
38. Al-Muqit
Maha Menjaga)
39. Al-Hasib
(Maha Penghitung)
40. Al-Jalil
(Maha Luhur)
41. Al-Karim
(Maha Mulia)
42. Ar-Raqib
(Maha Mengawasi)
43. Al-Mujib
(Maha Mengablkan)
44. Al-Wasi’
(Maha Luas)
45. Al-Hakiim
(Yang Maha Bijaksana)
Allah Maha Bijaksana karena memberi
petunjuk kepada manusia menuju hidup yang di ridai, jkalan keselamatan, yakni
Islam. Allah Maha Perkasa, mampu memberi balasan amal hamba Nya berupa siksa
yang pedih di akhirat kelak dan penderitaan hidup di dunia.
46. Al-Wadud
(Maha Mengasihi)
47. Al-Majid
(Maha Mulia)
48. Al-Ba’its
(Maha Mmbnagkitkan)
49. Asy-Syahid
(Maha Menyaksikan)
50. Al-Haqq
(Maha benar)
51. Al-Wakil
(Maha Mewakili)
52. Al-Qawiyy
(Maha Kuat)
53. Al-Matin
(Maha Kokoh)
54. Al-Waliyy
(Maha Pelindung)
55. Al-Hamid
(Maha Terpuji)
56. Al-Muhshi
(Maha Menghitung)
57. Al-Mubdi’
(Maha Memulai)
58. Al-Mu’id
(Maha Mengembalikan)
59. Al-Muhyi
(Maha Pemberi Kehidupan)
60. Al-Mumit
(Maha Mematikan)
61. Al-hayyu
(Maha Hidup)n
62. Al-Qayuyum
(Maha Berdiri Sendiri)
63. (Yang Terus
Menerus Mengurus)
Sesuai dengan kebesaran dan
kekuasaan-Nya, Allah tidak memerlukan bantuan dari siapa pun dalm mencipta,
mengatur, dan memelihara alam semesta.
64. Al-Wajid
(Maha Menemukan)
65. Al-majid
(Maha Mulia)
66. Al-Wahid
(Maha Tunggal)
67. Al-Ahad
(Maha Esa)
68. Ash-Shamad
(Maha Dibutuhkan)
69. Al-Qadir
(Maha Mampu)
70. Al-Muqtadir
(Maha Berrkuasa)
71. Al-Muqaddim
(Maha Mendahulukan)
72. Al-Mu’akhkhir
(Maha Mengakhiri)
73. Al-Awwal
(Maha Awal)
74. Al-Akhir
(Maha Akhir)
75. Az-Zahir
(maha Nyata)
76. Al-Bathin
(Maha Tersembunyi)
77. Al-Waliy
(Maha Memerintah)
78. Al-Muta;ali
(Maha Tinggi)
79. Al-Barr (
Maha Yang Melimpahkan Kebaikan)
Karena Allah Maha Pengasih, Dia juga
Yang Maha Melimpahkan Kebaikan. Allah swt berfirman dalam Q.S At-tur/52:27-28.
80. At-Tawwab
(Maha Penerima Taubat)
81. Al-Muntaqim
(Maha Penuntut Balas)
82. Al-‘Afuww
(Maha Pemaaf)
83. Ar-Rauuf
(Maha Belas Kasih)
Allah swt adalah zat Yang Maha
Pengasih terhadap hamba-hamba Nya.
84. Malikul-Mulk
(Maha Menguasai Kerajaan Abadi)
85. Dzul –Jalali
Wal-Ikram (Maha memiliki Kebesaran dan Kemuliaan)
86. Al-Muqsith
(MahaMengadili)
87. Al-Jami’
(Maha Menghimpun)
88. Al-Ghaniyy
(Maha Kaya)
89. Al-Mughni
(Maha Pemberi Kekayaan)
90. Al- Mani’
(Maha Pencegah)
91. Adh-Dhar
(Maha Pemberi Bahaya)
92. An-Naafi'u
(Yang Memberi Manfaat)
Allah lah yang mampu memberi manfaat
dan Dia pula yang mampu memberi kerugian atas sesuatu.
93. An-Nur (Maha
Pemberi cahaya)
94. Al-Hadi
(Maha Pemberi Petunjuk)
95. Al-Badi’
(Maha Pencipta Hal Baru)
96. Al-Baqi
(Maha Kekal)
97. Al-Warits
(Maha Mewarisi)
98. Ar-Rasyid
(Maha Pandai)
99. Ash-Shabur
(Maha Sabar)
Manfaat mempelajari asmaul husna
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairoh bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah swt memiliki 99
nama, seratus kurang satu. Siapa yang menghitungnya maka ia akan masuk surga.”
(HR. Bukhori).
Al ‘Ashili mengatakan bahwa makna dari menghitung
nama-nama-Nya adalah mengamalkannya bukan menghitung dan menghafalkannya karena
apabila sebatas itu maka itu pun bisa dilakukan oleh orang-orang kafir maupun
munafiq, sebagaimana hadits bahwa orang-orang khawarij juga membaca Al Qur’an
sementara ia (bacaannya) itu melewati tenggorokan mereka.
Ibn Batthol mengatakan bahwa menghitung bisa dilakukan
dengan lisan dan perbuatan. Siapa yang mengamalkan bahwa Allah swt memiliki
nama-nama khusus seperti al ahad (Maha Esa), al Muta’al (Maha Tinggi), al Qodir
(Maha Kuasa) dan yang lainnya maka wajib baginya untuk meyakini dan tunduk
terhadapnya. Dan Allah mempunyai nama-nama yang disunnahkan untuk diikuti
didalam makna-maknanya seperti ar Rohim (Maha Penyayang), al Karim (Maha
Mulia), al ‘Afwu (Maha Pemaaf) dan lainnya. Dan disunnahkan bagi hamba-Nya
untuk berhias dengan makna-maknanya dalam rangka menunaikan hak mengamalkannya
maka inilah makna menghitung dengan amal. Adapun menghitung dengan lisan adalah
mengumpulkan, menghafal dan berdoa dengannya walaupun dalam hal menghitung dan
menghafal bisa dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman akan tetapi
seorang mukmin dibedakan dengan keimanannya dan mengamalkannya. (Fathul Bari
juz XIII hal 436).
Didalam hadits yang diriwayatkan Tirmidzi disebutkan
ke-99 nama tersebut yaitu :
الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ الْغَفَّارُ الْقَهَّارُ الْوَهَّابُ الرَّزَّاقُ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الْخَافِضُ الرَّافِعُ الْمُعِزُّ الْمُذِلُّ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الْحَكَمُ الْعَدْلُ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ الْحَلِيمُ الْعَظِيمُ الْغَفُورُ الشَّكُورُ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ الْحَفِيظُ الْمُقِيتُ الْحَسِيبُ الْجَلِيلُ الْكَرِيمُ الرَّقِيبُ الْمُجِيبُ الْوَاسِعُ الْحَكِيمُ الْوَدُودُ الْمَجِيدُ الْبَاعِثُ الشَّهِيدُ الْحَقُّ الْوَكِيلُ الْقَوِيُّ الْمَتِينُ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ الْمُحْصِي الْمُبْدِئُ الْمُعِيدُ الْمُحْيِي الْمُمِيتُ الْحَيُّ الْقَيُّومُ الْوَاجِدُ الْمَاجِدُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ الْقَادِرُ الْمُقْتَدِرُ الْمُقَدِّمُ الْمُؤَخِّرُ الْأَوَّلُ الْآخِرُ الظَّاهِرُ الْبَاطِنُ الْوَالِيَ الْمُتَعَالِي الْبَرُّ التَّوَّابُ الْمُنْتَقِمُ الْعَفُوُّ الرَّءُوفُ مَالِكُ الْمُلْكِ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ الْمُقْسِطُ الْجَامِعُ الْغَنِيُّ الْمُغْنِي الْمَانِعُ الضَّارُّ النَّافِعُ النُّورُ الْهَادِي الْبَدِيعُ الْبَاقِي الْوَارِثُ الرَّشِيدُ الصَّبُورُ
الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ الْغَفَّارُ الْقَهَّارُ الْوَهَّابُ الرَّزَّاقُ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الْخَافِضُ الرَّافِعُ الْمُعِزُّ الْمُذِلُّ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الْحَكَمُ الْعَدْلُ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ الْحَلِيمُ الْعَظِيمُ الْغَفُورُ الشَّكُورُ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ الْحَفِيظُ الْمُقِيتُ الْحَسِيبُ الْجَلِيلُ الْكَرِيمُ الرَّقِيبُ الْمُجِيبُ الْوَاسِعُ الْحَكِيمُ الْوَدُودُ الْمَجِيدُ الْبَاعِثُ الشَّهِيدُ الْحَقُّ الْوَكِيلُ الْقَوِيُّ الْمَتِينُ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ الْمُحْصِي الْمُبْدِئُ الْمُعِيدُ الْمُحْيِي الْمُمِيتُ الْحَيُّ الْقَيُّومُ الْوَاجِدُ الْمَاجِدُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ الْقَادِرُ الْمُقْتَدِرُ الْمُقَدِّمُ الْمُؤَخِّرُ الْأَوَّلُ الْآخِرُ الظَّاهِرُ الْبَاطِنُ الْوَالِيَ الْمُتَعَالِي الْبَرُّ التَّوَّابُ الْمُنْتَقِمُ الْعَفُوُّ الرَّءُوفُ مَالِكُ الْمُلْكِ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ الْمُقْسِطُ الْجَامِعُ الْغَنِيُّ الْمُغْنِي الْمَانِعُ الضَّارُّ النَّافِعُ النُّورُ الْهَادِي الْبَدِيعُ الْبَاقِي الْوَارِثُ الرَّشِيدُ الصَّبُورُ
Adapun terkait dengan angka 99 ini maka Imam Muslim
mengatakan bahwa para ulama telah bersepakat bahwa hadits tersebut yang
menyebutkan angka 99 tidaklah membatasi nama-nama Allah swt. Hadits itu tidak
bermakna bahwa Dia swt tidak memiliki nama selain nama-nama yang 99 itu. Adapun
maksud dari siapa yang menghitung 99 nama ini masuk surga adalah sebagai
informasi tentang masuk surga dengan menghitungnya bukan informasi tentang
pembatasan nama-nama-Nya, sebagaimana disebutkan didalam hadits lainnya,”Aku
berdoa kepada-Mu dengan segala nama yang Engkau namakan diri-Mu dengannya atau
yang Engkau berkuasa tentang ilmu ghoib yang ada pada-Mu.” (Shohih Muslim bi
Syarhin Nawawi juz XVII hal 7 – 8)
0 komentar:
Posting Komentar