AIR LAYAK
MINUM dari AIR LAUT??
Mungkin gak ya kita bias minum air laut yang asin..hehehe kalau airnya langsung diminum begitu saja ya tentu saja tidak boleh, jadi harus diolah dulu teman..berikut metodologinya….
Mungkin gak ya kita bias minum air laut yang asin..hehehe kalau airnya langsung diminum begitu saja ya tentu saja tidak boleh, jadi harus diolah dulu teman..berikut metodologinya….
.
METODOLOGI
Jika air murni dan larutan garam dipisahkan oleh selaput semipermeabel maka akan terjadi aliran yang mengalir dari zat cair dengan konsentrasi rendah menuju ke air garam (larutan air yang mengandung kadar garam tinggi) yang mempunyai konsentrasi tinggi. Aliran air melalui selaput semipermeabel tersebut dapat berlangsung karena adanya tekanan osmosis. Jika tekanan dilakukan sebaliknya yaitu air garam diberikan suatu tekanan buatan yang besarnya sama dengan tekanan osmosis, maka yang terjadi adalah tidak ada aliran dari air ke air garam atau sebaliknya.
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tekanan osmosis adalah konsentrasi garam dan suhu air. Air laut umumnya mengandung TDS minimal sebesar 30.000 ppm. Sebagai contoh, untuk air laut dengan TDS 35.000 ppm pada suhu air 25o C, mempunyai tekanan osmose 26,7 kg/cm2, sedangkan yang mengandung 42.000 ppm TDS pada suhu 30o C mempunyai tekanan osmosis 32,7 kg/cm2.
Jika tekanan pada sisi air garam (air asin) diberikan tekanan sehingga melampaui tekanan osmosisnya, maka yang terjadi adalah air dipaksa keluar dari larutan garam melalui selaput semipermeabel. Proses memberikan tekanan balik tersebut disebut dengan osmosis balik. Prinsip osmosis balik tersebut diterapkan untuk pengolahan air payau atau air laut menjadi air tawar. Sistem tersebut disebut Reverse Osmosis atau RO.
Sistem RO tidak bisa menyaring garam sampai 100 % sehingga air produksi masih sedikit mengandung garam. Untuk mendapatkan air dengan kadar garam yang kecil maka diterapkan sistem dengan dua sampai tiga saluran. Jika ingin membuat air minum yang mengandung kira-kira 300 sampai 600 ppm TDS cukup menggunakan saluran tunggal.
Jika air olahan yang dihasilkan menjadi semakin banyak maka jumlah air baku akan menjadi lebih besar dan sebagai akibatnya tekanan yang dibutuhkan akan menjadi semakin besar. Tekanan buatan (tekanan kerja) tersebut harus lebih besar dari tekanan osmosis pada air baku. Tekanan kerja yang dibutuhkan jika memakai air laut adalah antara 55 sampai 70 kg/cm2.
RO mempunyai ciri-ciri yang sangat khusus sebagai model pengolah air asin yaitu:
METODOLOGI
Jika air murni dan larutan garam dipisahkan oleh selaput semipermeabel maka akan terjadi aliran yang mengalir dari zat cair dengan konsentrasi rendah menuju ke air garam (larutan air yang mengandung kadar garam tinggi) yang mempunyai konsentrasi tinggi. Aliran air melalui selaput semipermeabel tersebut dapat berlangsung karena adanya tekanan osmosis. Jika tekanan dilakukan sebaliknya yaitu air garam diberikan suatu tekanan buatan yang besarnya sama dengan tekanan osmosis, maka yang terjadi adalah tidak ada aliran dari air ke air garam atau sebaliknya.
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tekanan osmosis adalah konsentrasi garam dan suhu air. Air laut umumnya mengandung TDS minimal sebesar 30.000 ppm. Sebagai contoh, untuk air laut dengan TDS 35.000 ppm pada suhu air 25o C, mempunyai tekanan osmose 26,7 kg/cm2, sedangkan yang mengandung 42.000 ppm TDS pada suhu 30o C mempunyai tekanan osmosis 32,7 kg/cm2.
Jika tekanan pada sisi air garam (air asin) diberikan tekanan sehingga melampaui tekanan osmosisnya, maka yang terjadi adalah air dipaksa keluar dari larutan garam melalui selaput semipermeabel. Proses memberikan tekanan balik tersebut disebut dengan osmosis balik. Prinsip osmosis balik tersebut diterapkan untuk pengolahan air payau atau air laut menjadi air tawar. Sistem tersebut disebut Reverse Osmosis atau RO.
Sistem RO tidak bisa menyaring garam sampai 100 % sehingga air produksi masih sedikit mengandung garam. Untuk mendapatkan air dengan kadar garam yang kecil maka diterapkan sistem dengan dua sampai tiga saluran. Jika ingin membuat air minum yang mengandung kira-kira 300 sampai 600 ppm TDS cukup menggunakan saluran tunggal.
Jika air olahan yang dihasilkan menjadi semakin banyak maka jumlah air baku akan menjadi lebih besar dan sebagai akibatnya tekanan yang dibutuhkan akan menjadi semakin besar. Tekanan buatan (tekanan kerja) tersebut harus lebih besar dari tekanan osmosis pada air baku. Tekanan kerja yang dibutuhkan jika memakai air laut adalah antara 55 sampai 70 kg/cm2.
RO mempunyai ciri-ciri yang sangat khusus sebagai model pengolah air asin yaitu:
- Energi Yang Relatif Hemat yaitu dalam hal
pemakaian energinya.
- Konsumsi energi alat ini relatif rendah untuk
instalasi kemasan kecil adalah antara 8-9 kWh/T (TDS 35.000) dan 9-11 kWh
untuk TDS 42.000.
- Hemat Ruangan. Untuk memasang alat RO dibutuhkan
ruangan yang cukup hemat.
- Mudah dalam pengoperasian karena dikendalikan
dengan sistem panel dan instrumen dalam sistem pengontrol dan dapat
dioperasikan pada suhu kamar.
- Kemudahan dalam menambah kapasitas
Meskipun
alat pengolah air sistem RO tersebut mempunyai banyak keuntungan akan tetapi
dalam pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk operasi. Hal ini
dimaksudkan agar alat tersebut dapat digunakan secara baik dan awet. Untuk
menunjang operasional sistem RO diperlukan biaya perawatan. Biaya tersebut
diperlukan antara lain untuk bahan kimia, bahan bakar, penggantian media
penyaring, servis dan biaya operator.
Sistem pengolahan air sangat bergantung pada kualitas air baku yang akan diolah. Kualitas air baku yang buruk akan membutuhkan sistem pengolahan yang lebih rumit. Apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter fisik yang buruk (seperti warna dan kekeruhan), maka yang membutuhkan pengolahan secara lebih khusus adalah penghilangan warna, sedangkan proses untuk kekeruhan cukup dengan penjernihan melalui pengendapan dan penyaringan biasa. Tetapi apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter kimia yang buruk, maka pengolahan yang dibutuhkan akan lebih kompleks lagi.
Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang digunakan pada umumnya adalah air tanah (dangkal atau dalam). Kualitas air tanah ini sangat bergantung dari curah hujan. Jadi bila pada musim kemarau panjang, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia lagi, sehingga air tanah tersebut dengan mudah akan terkontaminasi oleh air laut. Ciri adanya intrusi air laut adalah air yang terasa payau atau mengandung kadar garam khlorida dan TDS yang tinggi.
Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem Reverse Osmosis (RO). Sistem RO menggunakan penyaringan skala mikro (molekul), yaitu yang dilakukan melalui suatu elemen yang disebut membrane. Dengan sistem RO ini, khlorida dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan sama sekali. Syarat penting yang harus diperhatikan adalah kualitas air yang masuk ke dalam elemen membrane harus bebas dari besi, manganese dan zat organik (warna organik). Dengan demikian sistem RO pada umumnya selalu dilengkapi dengan pretreatment yang memadai untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor, seperti besi, manganese dan zat warna organik.
Sistem pretreatment yang mendukung sistem RO umumnya terdiri dari tangki pencampur (mixing tank), saringan pasir cepat (rapid sand filter), saringan untuk besi dan mangan (Iron & manganese filter) dan yang terakhir adalah sistem penghilang warna (colour removal).
Sistem pengolahan air sangat bergantung pada kualitas air baku yang akan diolah. Kualitas air baku yang buruk akan membutuhkan sistem pengolahan yang lebih rumit. Apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter fisik yang buruk (seperti warna dan kekeruhan), maka yang membutuhkan pengolahan secara lebih khusus adalah penghilangan warna, sedangkan proses untuk kekeruhan cukup dengan penjernihan melalui pengendapan dan penyaringan biasa. Tetapi apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter kimia yang buruk, maka pengolahan yang dibutuhkan akan lebih kompleks lagi.
Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang digunakan pada umumnya adalah air tanah (dangkal atau dalam). Kualitas air tanah ini sangat bergantung dari curah hujan. Jadi bila pada musim kemarau panjang, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia lagi, sehingga air tanah tersebut dengan mudah akan terkontaminasi oleh air laut. Ciri adanya intrusi air laut adalah air yang terasa payau atau mengandung kadar garam khlorida dan TDS yang tinggi.
Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem Reverse Osmosis (RO). Sistem RO menggunakan penyaringan skala mikro (molekul), yaitu yang dilakukan melalui suatu elemen yang disebut membrane. Dengan sistem RO ini, khlorida dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan sama sekali. Syarat penting yang harus diperhatikan adalah kualitas air yang masuk ke dalam elemen membrane harus bebas dari besi, manganese dan zat organik (warna organik). Dengan demikian sistem RO pada umumnya selalu dilengkapi dengan pretreatment yang memadai untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor, seperti besi, manganese dan zat warna organik.
Sistem pretreatment yang mendukung sistem RO umumnya terdiri dari tangki pencampur (mixing tank), saringan pasir cepat (rapid sand filter), saringan untuk besi dan mangan (Iron & manganese filter) dan yang terakhir adalah sistem penghilang warna (colour removal).
Gambar skema
unit pengolah air sistem RO dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Proses produksi air bersih dengan
metode RO dilakukan melalui beberapa tahapan, meliputi: pengambilan air laut,
pengolahan awal air laut, proses pemisahan garam, dan pengolahan akhir. Oke
gimana kalau kita bahas satu-satu yaa mulai dari pengambilan air laut sampai
pengolahan akhirnya…
Pengambilan air laut
Tahapan paling awal dalam proses RO adalah pengambilan air laut sebagai bahan baku proses. Metode yang umum dilakukan adalah dengan pemasangan pipa kearah laut hingga jarak beberapa kilometer dari pantai. Hal ini dilakukan untuk memperoleh air laut dengan kualitas baik yang terhindar dari pergerakan sedimen permukaan yang umumnya terjadi pada laut kedalaman dangkal. Laju alir pengambilan air laut dilakukan secara lambat untuk mencegah masuknya biota laut ke dalam pipa.
metode pengambilan air laut dengan pipa
Pengambilan air laut
Tahapan paling awal dalam proses RO adalah pengambilan air laut sebagai bahan baku proses. Metode yang umum dilakukan adalah dengan pemasangan pipa kearah laut hingga jarak beberapa kilometer dari pantai. Hal ini dilakukan untuk memperoleh air laut dengan kualitas baik yang terhindar dari pergerakan sedimen permukaan yang umumnya terjadi pada laut kedalaman dangkal. Laju alir pengambilan air laut dilakukan secara lambat untuk mencegah masuknya biota laut ke dalam pipa.
metode pengambilan air laut dengan pipa
Metode diatas
menjadi pilihan utama karena kemudahan pemasangan sistem. Namun, dalam hal
kinerja, teknik tersebut sangat sensitif dengan perubahan kondisi air laut yang
terjadi seiring dengan perubahan musim dan iklim. Pencegahan biota laut untuk
masuk ke dalam sistem juga tidak seefektif yang diharapkan.
pengambilan air laut dengan beach
well
Metode
alternatif yang sedang ramai diperbincangkan adalah dengan memanfaatkan kondisi
geologi lokal pantai untuk menyaring air laut dengan sistem sumur (beach
wells). Dengan metode ini, air laut diekstraksi dari lapisan bawah permukaan
(subsurface) pantai. Selain itu, teknologi yang sedang dikembangkan adalah tipe
gallery dengan struktur menyerupai penyaringan pasir yang dipasang di permukaan
bawah laut (¬seabed) untuk mendapatkan bahan baku dengan kualitas tinggi.
Metode-metode diatas tercakup dalam sistem subsurface intake.
pengambilan air laut dengan gallery
Pengolahan
awal
Pengolahan awal bertujuan untuk mengkondisikan bahan baku, dalam hal kandungan pengotor, agar ramah bagi proses utama RO. Pengotor yang biasa terkandung dalam air laut mencakup makromolekul (pasir dan biota laut termasuk ikan, alga dll.) dan mikromolekul (unsur penyebab sedimentasi, kristalisasi dan fouling). Teknik yang dilakukan pada umumnya mencakup koagulasi-flokulasi-sedimentasi (coagulation-flocculation-sedimentation), membrane tekanan rendah (low pressure membrane), penyaringan dengan media (media filter) dan catridge filter.
Pengolahan awal bertujuan untuk mengkondisikan bahan baku, dalam hal kandungan pengotor, agar ramah bagi proses utama RO. Pengotor yang biasa terkandung dalam air laut mencakup makromolekul (pasir dan biota laut termasuk ikan, alga dll.) dan mikromolekul (unsur penyebab sedimentasi, kristalisasi dan fouling). Teknik yang dilakukan pada umumnya mencakup koagulasi-flokulasi-sedimentasi (coagulation-flocculation-sedimentation), membrane tekanan rendah (low pressure membrane), penyaringan dengan media (media filter) dan catridge filter.
Proses
pengolahan awal menjadi kunci penting lancarnya proses RO karena menentukan
stabilitas dan kinerja proses dengan semakin tingginya kualitas air umpan. Dari
segi ekonomi, proses pengolahan awal terhitung hampir mencapai 30% dari
keseluruhan biaya proses. Penghematan biaya dalam proses pengolahan awal sangat
mungkin dilakukan dengan aplikasi alternatif pengambilan air laut seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Dengan bahan baku yang kualitasnya lebih baik saat,
proses pengolahan awal akan lebih ringan sehingga mengurangi konsumsi bahan
kimia proses serta mengurangi jumlah peralatan proses dan pada akhirnya
menurunan biaya operasional serta meningkatkan performa dan stabilitas proses.
.
Proses Inti
Pada tahapan ini, bahan baku yang telah mengalami pengolahan awal akan mengalami proses penyisihan garam sehingga menghasilkan air bersih. Berdasarkan teknik pemisahan garamnya, proses RO dikategorikan menjadi dua: berbasis panas dan berbasis membran.
Pada proses berbasis panas, bahan baku dikondisikan mendidih pada tekanan rendah sehingga menghasilkan uap air pada temperatur rendah. Pada proses ini, hanya air saja yang mengalami penguapan, sehingga setelah pengumpulan dan pengkondensasian uap, akan dihasilkan air bersih tanpa garam dan pengotor. Multistage flash distillation dan multi effect distillation adalah contoh teknologi RO dengan berbasis panas.
Proses Inti
Pada tahapan ini, bahan baku yang telah mengalami pengolahan awal akan mengalami proses penyisihan garam sehingga menghasilkan air bersih. Berdasarkan teknik pemisahan garamnya, proses RO dikategorikan menjadi dua: berbasis panas dan berbasis membran.
Pada proses berbasis panas, bahan baku dikondisikan mendidih pada tekanan rendah sehingga menghasilkan uap air pada temperatur rendah. Pada proses ini, hanya air saja yang mengalami penguapan, sehingga setelah pengumpulan dan pengkondensasian uap, akan dihasilkan air bersih tanpa garam dan pengotor. Multistage flash distillation dan multi effect distillation adalah contoh teknologi RO dengan berbasis panas.
skema pemisahan air laut berbasis
panas
Berbeda
halnya pada proses diatas yang menggunakan energi panas untuk pemisahan garam
dari air laut, teknologi membran menggunakan energi tekanan. Membran adalah
istilah umum untuk saringan tipis yang memfasilitasi pemisahan secara selektif
– hanya bahan-bahan tertentu yang dapat dilewatkan dan ditahan oleh membran
ini. Tipe membran yang digunakan sangat bergantung pada aplikasi. Khusus untuk
RO, digunakan reverse osmosis(RO) membrane dengan karakter tak berpori yang
mampu melakukan pemisahaan pada level ion, termasuk garam dengang komposisi
utama ion natrium dan klorida.
proses pemisahan dengan berbagai tipe membran
Penyaringan
dengan membran RO dilakukan dengan cara menekan bahan baku air laut pada
permukaan membran sehingga melewatkan air murni pada sisi produk, sementara
menahan kandungan garam dan pengotor lainnya ke aliran buangan. Produk air yang
dihasilkan sangat murni dengan konsentrasi ion yang sangat rendah.
.
Pengolahan akhir
Kondisi air murni dengan konsentrasi ion rendah dalam produk RO perlu disesuaikan agar nyaman saat dikonsumsi dan tidak merusak pipa distribusi. Untuk konsumsi, air murni tidak berasa, perlu adanya penambahan mineral supaya rasanya sesuai dengan kualitas air minum: rasa menyegarkan dari air berasal dari kandungan mineral. Kandungan ion yang minimal dapat memicu proses korosi pada pipa distribusi karena kecenderungan pengikatan ion-ion metal pipa agar keseimbangan kimia air tercapai. Pada tahapan akhir penambahan mineral dilakukan pada aliran produk sehingga dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air minum.
Proses RO air laut hingga saat ini terus berkembang di seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan mengentaskan permasalahan krisis air. Kegiatan penelitian sangat intensif dilakukan dan menyeluruh pada setiap tahapan proses untuk menjadikan proses ini lebih ramah lingkungan, hemat energi dan murah. Proses ini juga cocok untuk diimplementasikan di Indonesia yang merupakan negara maritime dengan garis pantai yang panjang. Studi mengenai energi yang berujung pada kelayakan ekonomi perlu di lakukan lebih lanjut pada implementasi proses ini.
Pengolahan akhir
Kondisi air murni dengan konsentrasi ion rendah dalam produk RO perlu disesuaikan agar nyaman saat dikonsumsi dan tidak merusak pipa distribusi. Untuk konsumsi, air murni tidak berasa, perlu adanya penambahan mineral supaya rasanya sesuai dengan kualitas air minum: rasa menyegarkan dari air berasal dari kandungan mineral. Kandungan ion yang minimal dapat memicu proses korosi pada pipa distribusi karena kecenderungan pengikatan ion-ion metal pipa agar keseimbangan kimia air tercapai. Pada tahapan akhir penambahan mineral dilakukan pada aliran produk sehingga dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air minum.
Proses RO air laut hingga saat ini terus berkembang di seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan mengentaskan permasalahan krisis air. Kegiatan penelitian sangat intensif dilakukan dan menyeluruh pada setiap tahapan proses untuk menjadikan proses ini lebih ramah lingkungan, hemat energi dan murah. Proses ini juga cocok untuk diimplementasikan di Indonesia yang merupakan negara maritime dengan garis pantai yang panjang. Studi mengenai energi yang berujung pada kelayakan ekonomi perlu di lakukan lebih lanjut pada implementasi proses ini.
.
MESIN YANG DIGUNAKAN DALAM PENGOLAHAN AIR ASIN MENJADI AIR TAWAR ( Evaporator)
Perusahaan industri berat mengembangkan mesin uap(evaporator) terbesar untuk pabrik unutk mengolah air laut menjadi air tawar. Doosan, perusahaan Industri berat dan konstruksi,menyelesaikan proyek pembangunan pabrik itu dan mengadakan upacara untuk meresmikan pengakutan evaporator ke Kuweit dengan kapal pada tanggal 9 Mei. Doosan berhasil memproleh pesanan sebesar 370 juta dolar melalui kontrak dengan departmen energi di Saniya, Kuweituntuk menyuplai evaporator untuk pabrik pengolah air tawar.Evaporator itu berukuran : lebarnya 104 M, panjang 25 M, tinggi 9.2 M dan beratnya3,630 ton.
MESIN YANG DIGUNAKAN DALAM PENGOLAHAN AIR ASIN MENJADI AIR TAWAR ( Evaporator)
Perusahaan industri berat mengembangkan mesin uap(evaporator) terbesar untuk pabrik unutk mengolah air laut menjadi air tawar. Doosan, perusahaan Industri berat dan konstruksi,menyelesaikan proyek pembangunan pabrik itu dan mengadakan upacara untuk meresmikan pengakutan evaporator ke Kuweit dengan kapal pada tanggal 9 Mei. Doosan berhasil memproleh pesanan sebesar 370 juta dolar melalui kontrak dengan departmen energi di Saniya, Kuweituntuk menyuplai evaporator untuk pabrik pengolah air tawar.Evaporator itu berukuran : lebarnya 104 M, panjang 25 M, tinggi 9.2 M dan beratnya3,630 ton.
.
Apakah evaporator untuk mengolah air ??
Pengolah air tawar : Evaporator adalah sistem utama bagi pabrik untuk mengolah air lautmenjadi air tawar. Ladang garam memproduksi garam melalui proses penguapan air laut.Sebaliknya, air bersih akan diproduksi, dengan menghilangkan garam dari air laut. Evapotrator untuk mengolah air laut dirancangan untuk mengumpulkan uap yang terjadi di dalam proses penguapan. Untuk produksi garam, air akan dikumpulkan dan dikeringkan saja di halamanterbuka. Tetapi pengolahan air laut untuk menjadi air tawar adalah proses rumit yangmembutuhkan fasilitas raksasa.
Apakah evaporator untuk mengolah air ??
Pengolah air tawar : Evaporator adalah sistem utama bagi pabrik untuk mengolah air lautmenjadi air tawar. Ladang garam memproduksi garam melalui proses penguapan air laut.Sebaliknya, air bersih akan diproduksi, dengan menghilangkan garam dari air laut. Evapotrator untuk mengolah air laut dirancangan untuk mengumpulkan uap yang terjadi di dalam proses penguapan. Untuk produksi garam, air akan dikumpulkan dan dikeringkan saja di halamanterbuka. Tetapi pengolahan air laut untuk menjadi air tawar adalah proses rumit yangmembutuhkan fasilitas raksasa.
.
Pengumpulan air
Penguapan dengan multi guna : Air laut akan direbuskan untuk penguapan. Uap itu akan terkumpul maka menjadi air tawar. Teknologi itu biasanya digunakan untuk pabrik pengolah air laut sekala besar.Caratekanan peresapan (osmosis) dengan arah balik: Cara untuk mengurangi danmenghapus rasa asin air laut. Teknologi ini digunakan untuk pabrik pengolah air laut sekala menengah dan kecil.
Spesifikasi Produk Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih Dan Air Minum
Pengolahan Air Laut Menjadi Air Tawar Layak Pakai Dan Minum atau Revers Osmosis ini dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu, pertama, proses destilasi atau Poses Penyulingan Air Laut Dengan Kandungan Berbagai Zat Dipisahkan Dengan Cara Pemanasan Sehingga Unsur Air Akan Menguap. Selanjutnya Uap Air Ini Didinginkan Menjadi Titik Air Yang Selanjutnya Dapat Ditampung Menjadi Sekumpulan Air Bersih Layak Pakai Dan Minum. Komponen Lain Seprti Logam Atau Garam Yang Ada Dalam Air Laut Akan Tertinggal Dengan Sendirinya Berdasarkan Kaedah Gravitasi .
Pengumpulan air
Penguapan dengan multi guna : Air laut akan direbuskan untuk penguapan. Uap itu akan terkumpul maka menjadi air tawar. Teknologi itu biasanya digunakan untuk pabrik pengolah air laut sekala besar.Caratekanan peresapan (osmosis) dengan arah balik: Cara untuk mengurangi danmenghapus rasa asin air laut. Teknologi ini digunakan untuk pabrik pengolah air laut sekala menengah dan kecil.
Spesifikasi Produk Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih Dan Air Minum
Pengolahan Air Laut Menjadi Air Tawar Layak Pakai Dan Minum atau Revers Osmosis ini dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu, pertama, proses destilasi atau Poses Penyulingan Air Laut Dengan Kandungan Berbagai Zat Dipisahkan Dengan Cara Pemanasan Sehingga Unsur Air Akan Menguap. Selanjutnya Uap Air Ini Didinginkan Menjadi Titik Air Yang Selanjutnya Dapat Ditampung Menjadi Sekumpulan Air Bersih Layak Pakai Dan Minum. Komponen Lain Seprti Logam Atau Garam Yang Ada Dalam Air Laut Akan Tertinggal Dengan Sendirinya Berdasarkan Kaedah Gravitasi .
Kedua, Proses Pertukaran Ion. Proses
Pembuatan Air Minum Dari Air Laut Dengan Teknik Pertukarn Ion Memanfaatkan
Proses Kimiawi Untuk Memisahkan Garam Dalam Air. Ion Garam ( Na+ Cl-) Ditukar
Dengan Ion Seperti Ca+ 2 Dan So4-2. Kedua Komponen Ini Diperoleh Dari Bahan
Alam Dan Sintetis. Ion Alam Dapat Diperoleh Dari Seperti Zeolit Sedangkan Yang
Ion Sintetis Dapat Diperoleh Dari Resin ( Resin Kation Dan Resin Anion) . Pada
Proses Pertukaran Ion Merupakan Reaksi Kimia Dengan Ion Terhidrata Dan Sifatnya
Bergerak Di Dalam Zat Padat, Dipertukarkan Atas Dasar Ekuivalen Dengan Ion Yang
Bermuatan Sama Yang Terdapat Di Dalam Larutan. Zat Padat Mempunyai Struktur
Seperti Jala Terbuka Dan Ion Yang Bergerak Itu Menetralisir Muatan Atau Muatan
Potensial. Pertukaran Kation Berlangsung Bila Kation Yang Bergerak Dan
Bermuatan Positif Terikat Pada Gugus Yang Bermuatan Negatif. Proses Pertukaran
Ion Berlangsung Bila Anion Bergerak, Bermuatan Negatif Yang Melekat Pada Gugus
Bermuatan Positif Di Dalam Resin, Penukar Kalor Saling Bertukar Dengan Anion Di
Dalam Larutan.
Ketiga, Proses Filtrasi. Proses Ini Lebih
Dikenal Dengan Proses Reverse Osmosis ( Ro) Yaitu Salah Satu Teknologi
Pengolahan Air Laut Menjadi Air Tawar Yang Paling Sering Digunakan Untuk
Memenuhi Kebutuhan Air Minum. Keistimewaannya Adalah Mampu Menyaring Molekul
Yang Lebih Besar Dari Molekul Air. Proses Filtrasi Dikenal Dengan Teknologi
Membrane. Sedangkan Teknologi Membrane Dapat Melalui Proses Elektrodialisis Dan
RO. Dari Ketiga Teknologi Ini RO adalah metode yang lebih Sering Digunakan.
Nahh sebenarnya apasih potensi dari pengolahan air laut menjadi air bersih ini…daripada penasaran mendingan kita cari tau dari bacaan dibawah ini yukk…
Nahh sebenarnya apasih potensi dari pengolahan air laut menjadi air bersih ini…daripada penasaran mendingan kita cari tau dari bacaan dibawah ini yukk…
.
Potensi
Potensi yang dapat diambil dari penerapan teknologi ini berupa nilai tambah sebagai hasil dari pengembangan dan rekayasa komponen utama unit RO. Adapun macam-macam komponen yang mungkin masih dapat dikembangkan di Indonesia adalah:
Potensi
Potensi yang dapat diambil dari penerapan teknologi ini berupa nilai tambah sebagai hasil dari pengembangan dan rekayasa komponen utama unit RO. Adapun macam-macam komponen yang mungkin masih dapat dikembangkan di Indonesia adalah:
Studi
membran semipermeable yang mengarah pada produksi lokal. Jantung filter dari
sistem RO adalah terletak pada teknologi membran. Saat ini teknologi membran
belum dapat diproduksi di Indonesia, hal ini disebabkan karena kita belum
menguasai teknologi tersebut terutama untuk skala produksi. Untuk itu perlu
segera dilakukan transfer teknologi pembuatan membran semipermeabel dari negara
lain.
- Fabrikasi pretreatmen dan filter. Pretreatment
atau pengolahan awal mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pengolahan air ini. Air asin sebelum masuk pada unit RO harus diolah
terlebih dahulu. Syarat air baku sebelum masuk ke unit utama harus tidak
boleh keruh, tidak boleh berwarna, tidak berbau, kandungan zat besi/mangan
kurang dari 0.01 ppm. Berdasarkan kriteria tersebut maka pengolahan
tingkat awal menjadi hal yang begitu penting, sehingga peranan fabrikasi
oleh perusahaan lokan akan menunjang penerapan teknologi ini. Untuk
fabrikasi pembuatan pretreatmen dan filter dapat dibuat dengan bahan dari
“stainless stell”, paralon maupun “fiber glass”.
- Fabrikasi media. Media filter sangat diperlukan
sebagai media filter. Media filter biasanya terdiri dari pasir silika,
mangan aktif dan karbon aktif. Teknologi untuk mengolah media tersebut
sudah dikuasai oleh bangsa Indonesia. Sumber bahan yang dapat diolah
menjadi media filter juga banyak terdapat di Indonesia.
- Industri perakitan. Untuk menghasilkan 1 unit RO
maka diperlukan beberapa komponen dasar yang terdiri dari : 1. Casis., 2.
Pompa Tekanan tinggi., 3. Modul Membran Tabung., 4. Pipa fleksibel., 5.
Panel Listrik., 6. Flow Meter., 7. Valve., 8. Komponen pendukung lain.,
dirakit dalam suatu industri perakitan. Pada industri semacam itu paling
tidak diperlukan beberapa orang ahli yang mengetahui dasar teknik, mesin
dan listrik.
Ookee, kita
sudah membahas tentang bagaimana air laut yang asin bias disulap menjadi air
bersih dan air minum, ehh tapi dalam setiap metode selalu ada permasalahannya
lho, berikut ini adalah beberapa permasalahan terkair proses RO ini…
.
PERMASALAHAN
Kendala yang
dihadapi selama penerapan teknologi pengolah air sistem RO dapat dikelompokkan
menjadi 3 bagian yaitu:
- Faktor Teknologi: Faktor kendala
terletak dari bahan baku atau komponen pendukung yang masih sebagian
tergantung dari import misalnya pompa tekanan tinggi dan membran. Faktor
ini menyebabkan harga RO menjadi mahal. Jika ditinjau dari segi teknik
perakitan hampir dikatakan tanpa masalah sebab sudah dikuasai.
- Faktor Budaya:
Unit pengolah air sistem RO merupakan kombinasi antara pengolahan yang
bersifat mekanis dan kimiawi. Seorang operator agar dapat menjalankan RO
harus mengetahui dasar teknik. Ini sangat penting karena unit RO ini harus
di jalankan dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Standart prosedur
yang harus dikuasai oleh operator seperti : 1. Penambah bahan kimia, 2.
Pencucian filter, 3. Penggantian media, 4. Pencucian membran dan 5. Servis
Generator harus dilakukan dengan cukup teliti. Pada waktu alat sedang beroperasi
maka harus dilakukan pencatatan terhadap tekanan air baku, tekanan air
reject dan tekanan air Product, juga yang tidak boleh dilupakan yaitu
pengamatan terhadap voltage listrik. Jika standart operasi tersebut tidak
dilakukan secara benar maka dikawatirkan alat akan rusak.
0 komentar:
Posting Komentar