Peranan orang tua

Pengertian Orang tua
Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu/ayah dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak) dan ayah tiri (suami ibu biologis anak). Menurut Thamrin Nasution, orang tua merupakan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.Jika menurut Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orang tua kerena setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.
2.      Kelalaian orang tua dalam membimbing anak
Mungkin sudah tak heran lagi bagi kita apabila,kita melihat anak-anak abg melakukan hal yang tidak sewajarnya dia lakukan.mungkin jaman dulu wanita masih punya rasa malu,rasa risih dan masih punya akal yang jernih..
tapi itu wanita jaman dulu,bukan jaman sekarang..
lalu apa bedanya wanita dulu dan sekarang...?
mudah sekali jawabanya,sebagian wanita jaman sekarang sudah tidak punya rasa malu,rasa risih dan tidak punya akal yang jernih..
mungkin anda akan bertanya, apa buktinya...?
ok,baiklah saya akan beritahu jawabanya....
kehidupan ABG masa kini sungguh sangat memprihatinkan,ABG masa kini hanya mementingkan kehidupan dan kebahagian duniawi saja,bukanya dunia akhirat.
sehingga ABG masa kini tidak pernah berfikir jernih,selalu ingin melakukan hal-hal yang seharusnya tidak pantas dilakukan,contohnya:
   -sex
   -meminum minuman keras
   -narkoba
   -memakai pakaian yang ketat dan pendek (perempuan)
itupun hanya sebagian kecil dari apa yang dilakukan anak-anak ABG..
jadi sudah tak heran lagi apabila kita melihat berita di TV bahwa banyak anak perempuan smp,sma yang hamil,anak-anak yang mati akibat narkoba dan minum-minuman keras dll...
tapi apakah kita harus menyalahkan mereka...?
sebenarnya tidak.. karena umunya manusia itu lahir,dia tidak mengerti apa-apa,dia bisa mengerti apa itu sex,narkoba,minuman keras,pakaian yang senonoh itu disebabkan banyak sekali faktor,antara lain:
   -karena faktor lingkungan
   -karena faktor pergaulan dengan teman yang salah
   -karena faktor dari orang tua yang tak pernah membibing dengan baik

so.. kalau anak kita ingin terhindar dan tidak terjerumus oleh hal-hal yang negatif,itu harus dimulai dari dini.
bukanya menyepelekannya.. kita harus selalu memberikan hal-hal yang bersifat positif dengan kata lain kita harus selalu mengngiatkan,dan mengingatkan seandainya anak kita berbuat yang negatif.
bukanya justru membiarkanya..
mungkin di awal-awal pertumbuhanya kita tidak pernah tahu efeknya,tapi nanti tanpa kita sadari hal-hal yang negatif yang dilakukan akan semakin menambah,menambah dan menambah..
sehingga akhirnya nanti anak kita mulai terjerumus sex bebas,minuman keras,narkoba dan lain-lain
jadi ingat,rawatlah dengan hati-hati anak anda.karena anak lebih penting dari harta yang anda punya..
berikanlah dia tentang ajaran agama,tentang hal-hal yang tidak boleh dan boleh dilakukan,kasih sayang,perhatian dan ajari mereka tentang arti hidup ini dan apa yang di cari di dunia ini...
3. Membiasakan Anak Memiliki Sifat Penakut dan Tidak Percaya Diri
Diantara kesalahan yang sering terjadi dalam mendidika anak adalah menakut-nakuti mereka saat menangis agar diam. Seperti menakut-nakuti mereka dengan hantu, orang jahat, jin, suara angin dan lain-lain.
Efek negatif dari kesalahan metode ini, yakni menakuti-nakuti mereka dengan guru, sekolah, atau dokter, maka mereka akan tumbuh dalam bayang-bayang perasaan takut, gemetar dan gelisah jika disebutkan nama-nama tersebut. Ini adalah bentuk ketakutan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Disamping itu, ada hal yang sangat berpengaruh dalam menanamkan sifat pada diri anak, yaitu sikap panik dan gugup orang tua atas sesuatu yang menimpa si anak.
Sebagai contoh, ketika si anak terjatuh dari lantai hingga terluka dan keluar darah pada bagian wajah, tangan atau lututnya. Sang ibu bukannya berusaha menenangkan rasa takut pada anaknya dengan memberikan pengertian bahwa kecelakaan (jatuh) yang terjadi padanya adalah hal yang biasa dan tidak berbahaya. Tetapi, sang ibu justru terlihat gugup dan takut, menampar wajahnya sendiri, atau memukul-mukul dadanya, dan berteriak meminta pertolongan kepada seluruh penghuni rumah.
Sikap seperti  ini akan membuat sikap si anak yang mestinya biasa saja atas kejadian tersebut, justru menjadikannya seolah-olah menghadapi masalah yang besar, hingga sang anak semakin keras  menangis  karena ketakutan, bukan rasa sakit yang dialami. Dan akhirnya, anak akan terbiasa ketakutan apabila melihat darah atau merasakan sakit.
4.Mendidik Anak Bersikap Ceroboh, Ceplas-Ceplos dan Mengganggu Orang Lain, namun Menganggapnya Sebuah Keberanian.
Ini merupakan bentuk kesalahan orang tua dalam mendidik anak, dan merupakan kebalikan dari sikap yang pertama (poin 1). Adapun sikap yang tepat bagi orang tua  adalah mengarahkan kepada anak untuk bersikap pertengahan dari keduanya. Yakni mendidik anak untuk bersikap berani bersikap tetapi tidak berlebihan.
5.Mendidik Anak Tidak Berpendirian, Indispliner, Serta Membiasakan Mereka Hidup Mewah dan Berlebihan

Sikap ini akan membawa anak tumbuh dalam kemewahan dan kesenangan. Yang terpikirkan olehnya hanyalah kesenangan pribadi semata. Dia tidak mempunyai kepedulian kepada orang lain. Dia tidak mau bertanya tentang nasib dan keadaan saudara-saudaranya sesama Muslim, serta tidak mau berbagi suka dan duka bersama mereka. Metode pendidikan seperti ini akan merusak fitrah anak sebagai makhluk sosial, menghilangkan sifat istiqamah yang dimilikinya, serta  memupuskan –sikap menjaga- harga diri dan keberanianny.
6. Keteledoran Orangtua Terhadap Pendidikan Anaknya         
Diantara faktor besar juga yang menyebabkan terjadinya kenakalan pada anak adalah keteledoran orangtua dalam memperbaiki anak. Agama Islam menyeru para orangtua untuk memikul tanggung jawab besar dalam mendidik anak - anak nya. Mereka juga dibebani menyiapkan anak untuk memikul beban hidup dan mengancam mereka dengan azab yang besar jika mereka meninggalkan dan meremehkan atau berkhianat, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [Al-Qur'an Surat At-Tahrim ayat 6]
Seorang ibu dalam memikul tanggung jawab sama seperti seorang bapak, bahkan tanggung jawab ibu didalam hal ini lebih penting dan besar. dikarenakan, seorang ibu senantiasa mendampingi anak sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa dan sampai pada usia yang layak untuk memikul tanggung jawab.
Begitu pula dengan seorang bapak tidak boleh meremehkan tangung jawab mengarahkan dan mendidik anak maka anak itu tidak beda dengan anak yatim. Ia akan hidup terasing, bahkan akan menjadi sebab kerusakan umat secara keseluruhan.
7. Anak Yatim          
Salah satu faktor mendasar yang juga bisa menyebab kenakalan pada anak adalah bencana keyatiman yang menimpa anak disaat masih kecil. Anak yatim yang ditinggal mati oleh bapaknya ini manakala tidak ada tangan yang mengasuhnya, maka dikhawatirkan anak ini secara bertahap akan menjadi nakal dan menyimpang. Bahkan ke depan nya ia bisa menjadi penghancur dan peroboh eksistensi umat. Islam telah memerintahkan kepada para wali dan setiap yang memiliki hubungan kekerabatan dengan anak yatim ini untuk memperlakukan anak ini dengan baik. Hendaknya ia menunaikan urusan dan menjamin hidupnya sampai dia bisa mandiri juga mendidik dan mengarahkan nya sehingga bisa terdidik dengan baik. Ia mendapatkan rasa penjagaan, kasih sayang, dan keikhlasan dari pengasuhnyaAllah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
يَسْأَلُونَكَعَنِالْيَتَامَىٰقُلْإِصْلَاحٌلَّهُوَإِنتُخَالِطُوهُمْفَإِخْوَانُكُمْ
Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim
Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Maka, kita sebagai orang tua bertanggung jawab terhadap amanah ini. Tidak sedikit kesalahan dan kelalaian dalam mendidik anak telah menjadi fenomena yang nyata. Sungguh merupakan malapetaka besar ; dan termasuk menghianati amanah Allah.Adapun rumah, adalah sekolah pertama bagi anak. Kumpulan dari beberapa rumah itu akan membentuk sebuah bangunan masyarakat. Bagi seorang anak, sebelum mendapatkan pendidikan di sekolah dan masyarakat, ia akan mendapatkan pendidikan di rumah dan keluarganya. Ia merupakan prototype kedua orang tuanya dalam berinteraksi sosial. Oleh karena itu, disinilah peran dan tanggung jawab orang tua, dituntut untuk tidak lalai dalam mendidik anak-anak.
BAHAYA LALAI DALAM MENDIDIK ANAK 
Orang tua memiliki hak yang wajib dilaksanakan oleh anak-anaknya. Demikian pula anak, juga mempunyai hak yang wajib dipikul oleh kedua orang tuanya. Disamping Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua. Allah juga memerintahkan kita untuk berbuat baik (ihsan) kepada anak-anak serta bersungguh-sungguh dalam mendidiknya. Demikian ini termasuk bagian dari menunaikan amanah Allah. Sebaliknya, melalaikan hak-hak mereka termasuk perbuatan khianat terhadap amanah Allah. Banyak nash-nash syar’i yang mengisyaratkannya. Allah berfirman.
 “Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya” [An-Nisa : 58]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhamamd) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” [Al-Anfal : 27]
 Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
 “Artinya : Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban terhadap yang dipimpin. Maka, seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya” [Hadits Riwayat Al-Bukhari]
 “Artinya : Barangsiapa diberi amanah oleh Allah untuk memimpin lalu ia mati (sedangkan pada) hari kematiannya dalam keadaan mengkhianati amanahnya itu, niscaya Allah mengharamkan sorga bagianya” [Hadits Riwayat Al-Bukhari]
 SEPULUH KESALAHAN DALAM MEDIDIK ANAK
 Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.
 Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yang menjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu.
 Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.
 Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
 1. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak
 Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.
 Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit. 
2. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
 Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran. 
3. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.
 Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran. 
4. Selalu Memenuhi Permintaan Anak
 Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik. 
5. Selalu Memenuhi Permintaan Anak Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati diri.
6. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.
 Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.
 7. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
 Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik
 8. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas –waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.
9. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
 Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.
 10. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya
Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa hanyalan penyesalan tak berguna..

 



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode penelitian
          Penelitian ini menggunakan metode deskriptif digunakan metode ini karna penelitian ini mendiskripsikan atau member gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta fakta sesuai data yang dikumpulkan
B.Bentuk penelitian
           Benuk yang digunakan adalah deskriptif di karenakan penulis menceritakan mengganbarkan kejadian yang sebenarnya dari hasil wawancara.
C.Waktu dan tempat penelitian
    -waktu penelitian.
             Penelitian menggunakan waktu 3x pertemuandalam rentang waktu 5hari dimulai dari tanggal 15 januari sampai 30 januari
-tempat penelitian.
             Penelitian ini dilaksanakan di purnama agung 7 blok PAP.Kabupaten kota madiyah di pilih lokasi ini di karenakan penulis prihatin atas anak-anak yang kurang perhatan dari orang tua yang sibuk bekerja.
D.populasi dan sampel
 Adapun populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini berjumlah 5orang ntu mengamati sejauh mana keteledoran orang tua dalam membimbing anak,karena keterbatasan waktu penulis memilih 3orang sebagai sampel penelitian.
E.data dan sumber data
a.data
    adapun data dalampenelitian ini adalah
1.      hasil observasi
2.      hasil wawancara dari orang tua

b.sumber data
1.      orang tua dan anak anak
2.      hasil wawancara orang tua dan anak.

    F.Tehnik dan alat pengumpulan data
 a.tehnik pengumpulan data.
        Tehnik yang di gunakan untuk memperoleh data dalam penelitian adalah
  -tehnik observasi
  -tehnik wawancar
b.alat pengumpulan data
        adapun alat pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
   -pedoman observsi melihat anak-anak di luar rumah
   -pedoman wawancara
     G.Tehnik analisis data
a.dari hasil wawancara dan observasi dalam bentuk asli diperiksa dan dikelomokan sesuai dengan masalah dan sub masalah
b.data yang masih asli itu dioah dengan cara
dianalisi berdasarkan setiap aspek ang diamati atau diteliti untuk memperoleh hasil yang tepat darihasil pengolahan data dapat di tarik kesimpulan dan di sampaikan saran saran.
·         Judul karya tulis;keteledoran orang tua dalam membimbing anak
·         Masalah umum dan sub masalh
Adapun masalah umum dari penelitian ini adalah keteledoran orang tua dalam membimbing anak
Karena terlalu luasnya permasalahan ini maka akan penulis batasi dengan sub sub sebagai berikut.
a.apa penyebab keteledoran orang tua dalam membimbing anak
b.dampak apa saja yang timbul akibat keteledoran orang tua dalam membimbing anak
c.bagai mana cara mengatasi keteledoran orang tua dalam mebimbing anak.



BAB IV
ANALISIS  DATA
A.Keteledoran Orang Tua dalam membimbing anak
 Dari wawancara dan observasi yang penulis lakukan dalam mencari data penilitian ini maka penulis menemukan babwa keteledoran orang tua dalam membimbing anak adalah pekerjaan yang menyebabkan keteledoran.
a.       ibu nurhayati sebagai responden dalam wawancara ini menjelaskan bahwa penyebab orang tua sampai teledor dalam membimbing anak adalah pekerjaan yang menghabiskan waktu di luar rumah yang menyebabkan kurangnya komunikasi terhadap anak.
 Ibu fifia juga menjelaskan bahwa waktu juga mempengaruhi orang tua sampaiteledor dalam membimbing anak karna menghabiskan waktu untuk pekerjaan atau di luar rumah menyebabkan orang tua lupa akan tugasnya dalam membimbing anak.
Dari hasil wawancara terdapat dua orang ibu yang mengatakan bahwa pekerjaan adalah salah satu penyebab keteledoran orang tua dalam membimbing anak ,yang membuat anak-anak menyimpang dari moral dan kaidah-kaidah islam,bagi orang tua janganlah kau biarkan anak-anak terjerumus ke jalan yang salah dalam prspektif islam  islam kewajaban orang tua dalam mengupayakan disiplin diri kepada anaknya terdapat dalam ayat al-qur’an orang tua wajib mengupayakan pendidikan kepribadian (lukman;1-19).
Oleeh karena itu bagi orang tua janganlah menjadikan alasan utama untuktidak memperhatikan anak-anak.sesungguhnya orang tua adalah sumber teladan bagi anak-anaknya sebagai mana telah dijelaskan telaaha antropologi masyarakat bahwa manusia mempunyai kerbatasan eksistensi sebagai mahluk tuhan keterbatasan itu mengharuskan manusia untuk berprilaku apa yang seharusnya dia lakukan dan apa yang seharusnya dia tinggalkan,ini berarti manusia memerlukan nilai moral dalam kehidupan yang merupakan dasr prilaku yang berdisiplin diri(M.I.SOELAMAN;198;94)
b.      orang tua yang berlebihan.
 Selain wawancara dengan orang tua di sini saya juga meminta pendapat anak-anak.dari hasil wawancara anak-anak yang diperoleh penulis, oang tua yang berlebihan juga mempengaruhi anak-anak, salah seorang anak berinisial A,mengatakan bahwa orang tua yang berlebihan dalam membimbing anak juga mempunyai dampak misalnya,tidak boleh keluar rumah,tidak boleh bermain agar selalu di rumah untuk belajar.sehingga anak-anak kurang tau akan perkembangan di luar sehingga ia merasa bosan dan mencoba berbohong kepada orang tua agar bisa keluar rumah dengan alas an belajar kelompok setelah dia berada di luar di akan mencari kepuasan untk menghilangkan kebosanannya selama ini,dengan merokok,obat terlarang,balap liar.                                                                                                    
Sehubungan dengan ini disiplin diri sangat di perlukan bagi anak agar ia memiliki budi pekerti yang baik.bantuan yang di berikan orang tua adalah lingkungan kemanusiawian yang di sebut pendidikan disiplin diri,karna tanpa pendidikan orang akan menghilangkan kesempatan manusia untuk hidup dengan sesamanya(M.I.SOELAEMAN;1988:90)
 Ternyata selain dari pekerjaan,kesibukan.berlebihan juga mempengaruhi kehidupan seseorang sesungguhnya berlebihan itu tidak baik, bombinglah anak denga kaidah kaidah dan norma yang berlaku tanpa harus berlebihan
B. Dampak yang timbul  akibat keteledoran orang tua dalam membimbing anak        
Dari hasil wawancara terhadap dua orang tua ternyata dampak yang timbul memberikan kepribadian tersendiri bagi anak-anak.
a.anak  lebih banyak menyendiri
b.anak  menjadi kurang pergaulan
c.anak menjadi egois
d.anak mudah terpengaruh kehal negative
e.anak susah membedakan hal yang baik dengan yang buruk
C. Cara mengatasi keteledoran orang tua dalam membimbing anak.
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap duaorang tua tersebut,menjelaskan cara mengatasi keteledoran orangtua dalam membimbing anak adalah.
a.lebih banyak memberi perhatian kepada anak atau banyak berkomunikasi dengan anak.
b.kurangi jam bekerja di luar
c.memberikan motifasi dengan hal yang positif.



BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
 Dari hasil wawancara penulis dapat menyimpulkan bahwa jangan menomot satukan pekerjaan. karena anak lebih penting di bandingkan pekerjaan.
 Pekerjaan adalah sebagai penunjang bentuk memenuhi kebutuhan hidup dan bagi orang tua janganlah keegoisan sebagai sifat untuk mendidik anak. Karena keegoisan tidak akan bisa menghasilkan pendidikan anak yang baik.
Daftar pustaka
Firdaus A.N.1986.jalan ke sorga, 325 Hadits Pilihan.jakarta:Pedoman ilmu agama
Usman, Ali, dkk. 1984. Hadits Firman Allah Pola Pembinaan Akhlak Anak. Bandung:  Diponegoro    
https://www.google.com/search?q=penyebab keteledoran orang tua dalammembimbing anak&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&source=hp&channel=np&gws_rd=ss

0 komentar:

My Instagram