Kliping Ekosistem Air Laut

 TUGAS IPA KLIPING
Ekosistem Air Laut



NAMA   : Della Dwi Amanda
               : Dian Safira
               : Berliana Husna A.D.W
               : Nurul Umi

Pengertian Ekosistem
Istilah ekosistem berasal dari kata oikos yang berarti rumah sendiri dan sistema yang berarti terdiri atas bagian-bagian yang utuh atau saling mempengaruhi. Jadi, ekosistem dapat diartikan sebagai sistem yang dibentuk di suatu daerah dan terjadi hubungan timbal balik antara komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik) atau dengan lingkungan.

Pengertian ekosistem laut
Ekosistem laut atau disebut juga ekosistem bahari merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.

Ciri - ciri ekosistem laut
Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut :

1.      Salinitas (kadar garam) yang tinggi terutama di daerah laut tropis (daerah katulistiwa), karena suhunya tinggi dan penguapan besar.
2.      NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.
3.      Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut.
4.      Di daerah tropis, suhu air laut sekitar 25° - 30°C.
5.      Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan di kedalaman. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
6.      Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, akibatnya daerah permukaan laut tetap subur sehingga banyak plankton dan ikan.

Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang menembus air, ekosistem air laut dibagi menjadi beberapa zona (daerah), yaitu sebagai berikut :
  •   Zona Fotik atau eufotik merupakan perairan pelagik yang masih mendapatkan cahaya matahari dan para Organisme masih mampu berfotosintesis di zona fotik. Batas bawah zona ini tergantung pada batas kedalaman tembus cahaya, dan biasanya bervariasi berdasarkan tingkat kejernihan air. Umumnya batas bawah zona fotik terletak pada kedalaman 100-150 meter. Istilah lain untuk zona fotik adalah zona epipelagik.
  • Zona twilight, merupakan daerah dengan kedalaman air 200 – 2.000 meter. Cahaya matahari remang-remang sehingga tidak efektif untuk fotosintesis.
  • Zona afotikWilayah dimana tidak sedikitpun cahaya matahari dapat menembus kedalaman lautan. Zona ini disebut laut dalam dan biota yang hidup disini adalah biota-biota unik seperti biota yang memiliki kemampuan menghasilkan cahaya sendiri atau sering disebut juga bioluminescene. Cahaya tersebut dihasilkan dari reaksi zat kimia tertentu yang diproduksi oleh mahluk tersebut

Pembagian zona ekosistem air laut dimulai dari pantai hingga ke tengah laut (secara fisik) yaitu sebagai berikut :

Zona intertidal
Merupakan area pasang dan surut air laut di sepanjang garis pantai. Pada saat pasang, zona intertidal akan tertutupi oleh air laut sedangkan pada saat surut, zona ini akan kering dan terpapar oleh udara terbuka. Pada zona ini, cahaya matahari bisa masuk hingga kedasar perairan sehingga produktivitas organisme fotosintetik didalamnya juga tinggi. Kandungan nutrisi di zona ini cenderung tinggi karena masukan nutrisi dari esturasi dan sungai terjadi langsung ke zona ini. Zona intertidal dapat berupa pantai berpasir, berbatu, atau berlumpur. Organisme yang ada di zona ini antara lain rumput laut, abalon, anemon, kepiting, ganggang hijau, kerang, timun laut, dan bintang laut. Zona intertidal merupakan zona yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dengan luas area yang sempit antara daerah pasang tertinggi dan surut terendah. Pada zona ini terdapat variasi faktor lingkungan yang cukup besar, seperti fluktuasi suhu, salinitas, kecerahan dan lain – lain. Variasi ini dapat terjadi pada daerah yang hanya berjarak sangat dekat saja misalnya beberapa cm. Zona ini dihuni oleh organisme yamh keseluruhannya merupakan organisme bahari.

Kondisi lingkungan di zona ini cukup bervariasi dan biasanya dipengaruhi oleh faktor harian maupun musiman. Faktor – faktor tersebut antara lain :
1.     Pasang surut
·         Merupakan Naik turunnya permukaan laut secara periodik.
·         Faktor lingkungan yang paling penting pengaruhnya terhadap lingkungan intertidal.
2.     Suhu
·         Daerah intertidal biasanya dipengaruhi oleh suhu udara selama periode yang berbeda, dan mempunyai kisaran yang luas à harian atau musiman.
·         Kisaran suhu yang ekstrim à organisme semakin lemah.
3.       Gerakan ombak
·         Gerakan ombak mempunyai pengaruh terbesar terhadap organisme dan komunitas dibandingkan dengan daerah lainnya.
·         Pengaruh secara langsung dan tidak langsung.
·         Pengaruh mekanik à menghancurkan dan menghayutkan benda.
·         Memperluas zona intertidal.
·         Mencampur atau mengaduk gas ke dalam air.
4.     Salinitas
Perubahan salinitas mempengaruhi organisme di zona intertidal melalui :
·         Zona intertidal terbuka pada saat pasang turun dan kemudian digenangi air atau aliran air akibat hujan salinitas akan turun.
·         Ada hubungan dengan genangan pasang surut, yaitu daerah yang menampung air laut ketika pasang surut.
·         Kenaikan salinitas yang tinggi jika terjadi penguapan sangat tinggi pada siang hari.

Daerah intertidal merupakan daerah pantai yang terletak antara pasang tertinggi dan surut terendah. Zona intertidal merupakan daerah terkecil yang merupakan pinggiran yang sempit sekali dan terletak di antara pinggiran air tinggi dan air rendah . Susunan faktor-faktor lingkungan dan kisaran yang dijumpai di zona intertidal sebagian disebabkan zona ini berada di udara terbuka selama waktu tertentu dalam setahun, dan kebanyakan faktor fisiknya, menunjukkan kisaran yang lebih besar di udara daripada di air.
Keragaman faktor lingkungannya dapat dilihat dari perbedaan (gradient) dari faktor lingkungan secara fisik mempengaruhi terbentuknya tipe atau karakteristik komunitas biota serta habitatnya. Sejumlah besar gradien ekologi dapat terlihat pada wilayah intertidal yang dapat berupa daerah pantai berpasir, berbatu maupun estuari dengan substrat berlumpur. Perbedaan pada seluruh tipe pantai ini dapat dipahami melalui parameter fisika dan biologi lingkungan yang dipusatkan pada perubahan utamanya serta hubungan antara komponen biotik (parameter fisika-kimia lingkungan) dan komponen abiotik (seluruh komponen makhluk atau organisme) yang berasosiasi di dalamnya.


·         Zona neritik
Zona neritik berada di antar zona intertidal dan zona pelagik. Kedalamn rata-rata zona laut dangkal ini adalah sekitar 200 m. Dasar laut di zona neritik cenderung melandai dibandingkan dengan zona pelagik. Suhu dan salinitas air laut di zona ini relatif stabil. Proses fotosintesis berlangsung di zona neritik karena cahaya matahari dapat menembus hingga ke dasar laut. Di wilayah tropis, zona neritik biasanya dihuni oleh terumbu karang, karena di daerah tropis suhu air yang hangat serta adanya cahaya matahari menjadikan wilayah tropis sebagai habitat yang baik untuk terumbu karang. Terumbu karang menjadi rumah berbagai ikan tropis, seperti parrotfish, angelfish, butterflyfish, minitigerfish, dan lebih dari 4000 spesies ikan menghuni terumbu karang. Selain ikan, organisme yang menghuni terumbu karang antara lain spons, Cnidaria, cacing, udang-udangan, moluska, bintang laut, bulu babi, dan ular laut.

·         Zona pelagik
Zona pelagik memiliki rata-rata kedalaman 4000 m dan sekitar 75% air laut terdapat pada zona ini. Zona pelagik merupakan zona yang paling tidak produktif dibandingkan zona intertidal dan fotik. Zona afotik di zona pelagik (laut terbuka) juga memiliki produktivitas rendah. Ketiadaan cahaya matahari berarti tidak ada proses fotosintesis yang menyediakan energi bagi banyak organisme. Organisme di zona afotik laut terbuka umumnya bergantung pada sampah oraganik yang tenggelam dari zona fotik sampai organik digunakan sebagai sumber materi organik bagi organisme di zona afotik. Organisme di zona ini hidup dengan cara menyaring makanan, memakai bangkai, atau memangsa organisme lainnya. Banyak invertebrata di laut terbuka yang mempunyai ukuran tubuh raksasa, contohnya cumi-cumi dengan panjang hingga 18 m. Ikan yang hidup di laut yang lebih dalam beradaptasi dengan baik akan ketiadaan cahaya dan jarangnya makanan. Ikan di laut dalam akan makan sebanyak mungkin ketika makanan banyak tersedia.

Hubungan simbiosis yang terjadi dalam ekosistem air laut
    • Simbiosis komensalisme

Simbiosis komensalisme adalah interaksi antara dua organisme yang menguntungkan salah satu pihak, tetapi tidak merugikan pihak lainnya. Contoh simbiosis komensalisme adalah hubungan antara ikan hiu dengan ikan remora. Ikan remora yang melekatkan tubuhnya pada tubuh ikan hiu menggunakan sucker (alat pelekat) menjadi aman dan terhindar dari ancaman pemangsanya. Ia juga mendapatkan sisa-sisa makanan yang tercecer dari mulut ikan hiu. Adapun ikan hiu tidak terpengaruh dengan adanya ikan remora. Ikan hiu tidak dirugikan ataupun diuntungkan.

  •  Simbiosis Mutualisme

Pengertian simbiosis mutualisme adalah hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang saling menguntungkan dalam kalimat lain tidak ada yang dirugikan. Dalam hal ini ikan badut dan anemon alut sama-sama mendapat keuntungan. Anemon Laut akan melindungi ikan badut dan ikan badut akan menangkal ikan kupu-kupu (Butterfly Fish) yang suka memakan anemon. Ikan badut juga akan memakan invertebrata kecil yang melekat di tentakel anemon yang membahayakan anemon (parasit) dan membantu membersihkan anemon dari kotoran seperti pasir dsb. Di sisi lain kotoran dari ikan badut memberikan nutrisi untuk anemon. Anemon memiliki sengatan beracun yang hanya dapat ditahan oleh ikan badut. Mekanisme tersebut dapat terjadi karena lapisan lendir pada ikan badut (berbahan dasar gula). Hal ini akan menjadikan anemon tidak mengenali ikan badut sebagai musuh sehingga anemon tidak menyengat ikan badut.Ikan badut akan membela mati-matian anemon tempat mereka tinggal, ikan badut tidak pernah menyimpang lebih jauh dari 30 cm/lebih dari inangnya seumur hidup mereka.

Macam - macam ekosistem laut :

1.      Ekosistem pantai batu
Sesuai dengan namanya, ekosistem pantai batu memiliki banyak bongkahan batu besar maupun batu kecil. Organisme dominan di sini, yaitu ganggang cokelat, ganggang merah, siput, kerang, kepiting, dan burung. Ekosistem ini banyak terdapat di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatra, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku.

2.      Ekosistem pantai pasir
Ekosistem pantai pasir terdiri atas hamparan pasir yang selalu terkena deburan ombak air laut. Di tempat ini angin bertiup kencang dan cahaya matahari bersinar kuat pada siang hari. Vegetasi atau tumbuhan yang dominan adalah formasi pes-caprae dan formasi barringtonia. Formasi pes-caprae terdiri atas tanaman berbatang lunak dan berbiji (terna), misalnya Ipomoea pes-caprae, Vigna marina, dan Spinifex littoreus. Formasi barringtonia terdiri atas perdu dan pohon, misalnya Barringtonia asiatica, Terminalia catappa, Erythrina, Hibiscus tiliaceus, dan Hernandia. Hewan yang hidup di pantai pasir, misalnya kepiting dan burung. Pantai pasir antara lain terdapat di Bali, Lombok, Papua, Bengkulu, dan Bantul (Yogyakarta).

3.      Ekosistem hutan mangrove
Terdapat di daerah tropis hingga subtropis. Ekosistem ini didominasi oleh tanaman bakau (Rhizophora sp.), kayu api (Avicennia sp.), dan bogem (Bruguiera sp.). Tumbuhan bakau memiliki akar yang kuat dan rapat untuk bertahan di lingkungan berlumpur yang mudah goyah oleh hempasan air laut. Akar napasnya berfungsi untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Tumbuhan bakau memiliki buah dengan biji vivipari yang sudah berkecambah dan berakar panjang saat masih di dalam buah sehingga langsung tumbuh ketika jatuh ke lumpur. Hewan-hewan yang hidup di ekosistem ini, antara lain burung, buaya, ikan, biawak, kerang, siput, kepiting, dan udang. Hutan mangrove banyak terdapat di pesisir pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Papua, Bali, dan Sumbawa.

Ciri dan Karakteristik Ekosistem Mangrove
a)      Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan yang  berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang.
b)      Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang pada saat pasang purnama.
c)      Arus laut tidak terlalu deras.
d)      Tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak yang kuat.
e)      Topografi pantai yang datar/landai.

Fungsi Ekosistem Mangrove
a)      Ekosistem mangrove sebagai penghalang terhadap erosi pantai, tiupan angin kencang dan gempuran ombak yang kuat serta pencegahan intrusi air laut.
b)      Ekosistem mangrove dapat membantu kesuburan tanah, sehingga segala macam biota perairan dapat tumbuh dengan subur sebagai makanan alami ikan dan binatang laut lainnya.
c)      Ekosistem mangrove dapat membantu perluasan daratan ke laut dan pengolahan limbah organik.
d)      Ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan bagi tujuan budidaya ikan, udang dan kepiting mangrove dalam keramba dan budidaya tiram karena adanya aliran sungai atau perairan yang melalui ekosistem mangrove.
e)      Ekosistem mangrove sebagai penghasil kayu dan non kayu.
f)       Ekosistem mangrove berpotensi untuk fungsi pendidikan dan rekreasi.



 





4.      Ekosistem estuaria.
Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar, dapat dikatakan Estuaria (muara sungai) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.



v  Karakteristik ( ciri – ciri ) ekosistem estuaria adalah sebagai berikut :
1.      Keterlindungan
Estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan terlindung dari gelombang laut yang memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva kerang-kerangan menetap di dasar perairan.
2.      Kedalaman
Kedalaman estuaria relatif dangkal sehingga memungkinkan cahaya matahari mencapai dasar perairan dan tumbuhan akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan, karena dangkal memungkinkan penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan cepat serta menangkal masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal).
3.      Salinitas air
Air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota yang padat.
4.      Sirkulasi air
Perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan salinitas menciptakan suatu sistem gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi dalam air, yaitu plankton.
5.      Pasang
Energi pasang yang terjadi di estuaria merupakan tenaga penggerak yang penting, antara lain mengangkut zat hara dan plangton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
6.      Penyimpanan dan pendauran zat hara
Kemampuan menyimpan energi daun pohon mangrove, lamun serta alga mengkonversi zat hara dan menyimpanya sebagai bahan organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh organisme hewani.

v  Fungsi Ekologis Estuaria
Secara umum estuaria mempunyai peranan ekologis penting diantaranya sebagai berikut:
1.  Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation).
2.  Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan.
3.  Sebagai tempat untuk bereproduksi dan atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies udang dan ikan.
4.  Sebagai tempat budidaya tiram dengan rakit seperti diterapkan di jepangan, dapat meningkatkan lima sampai sepuluh kali dari panen yang diperoleh populasi liar.

v  Secara umum estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut:
1.      Sebagai tempat pemukiman.
2.      Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.
3.      Sebagai jalur transportasi.
4.      Sebagai pelabuhan dan kawasan industri.








v  Klasifikasi Ekosistem Estuaria

1.   Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam, Dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut, didapatkan dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominan dibanding penyusupan air laut.

2.   Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical
Pengaruh pasang surut sangat dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan tidak membentuk stratifikasi.

3.   Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat). Aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut bersama arus pasang.

v  Biota Estuaria



1.     Hewan :
·         Jenis endemik ( seluruh hidupnya tinggal di estuaria)
Contoh : kerang dan kepiting serta berbagai macam ikan seperti famili Clupeidae,Engraulidae, Gobiidae, dan Leoignathidae
·         Jenis estuaria yang tinggal di estuaria untuk sementara waktu
Contoh : larva, beberapa jenis udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut, seperti genus Plotosius
·         Jenis ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur migrasi dari laut ke sungai dan sebaliknya seperti seperti sidat dan ikan salmon

2.    Tumbuhan
·         Lamun
·         Alga makro (rumput laut) tumbuh di dasar perairan
·         Alga mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun lamun

v  Pembagian peran mahluk hidup dalam ekosistem estuaria

Ø  Konsumen Estuaria
Estuaria kaya akan sumber makanan bagi konsumen primer dari rantai makanan. Sumber
makanan utama diperoleh dari besarnya jumlah detritus yang melimpah di dalam kolom air dan di dasar estuaria.
Sebagian besar hewan konsumen primer terdapat di dasar estuari, seperti teritip (Krustasea, Cirripedia), kerang dan keong (Bivalvia dan Gastropoda) yang berada di permukaan dasar estuari, ataupun hewan lainnya yang hidup di dalam lumpur, seperti cacing. Juga tak kalah dengan predator besar seperti :
1.    Baronang
2.    Kerapu
3.    Kepiting
4.    Cucut
5.    Salmon

Ø  Produsen Estuaria
Di dalam ekosistem estuari dapat dijumpai berbagai jenis produsen primer. Pada paparan pasir atau lumpur, dapat dijumpai lamun (Enhalus acoroides) yang merupakan tumbuhan berbunga, dan beberapa jenis algae, antara lain algae berfilamen seperti Enteromorpha sp., dan Padina sp. Di dalam kolom air estuari dijumpai fitoplankton, seperti diatom atau dinoflagellata.

Ø  Decomposer Estuaria
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati.Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar.Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen.Termasuk pengurai ini didaerah estuaria adalah kepiting, bakteri, cacing laut dan jamur.

5.      Ekosistem terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang batu clan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga foto sintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan hidup di antara karang dan ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivor.  Ekosistem terumbu karang terdapat di laut yang dangkal dengan air yang jernih. Organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain hewan terumbu karang (Coelenterata), hewan spons (Porifera), Mollusca (kerang, siput), bintang laut, ikan, dan ganggang. Ekosistem terumbu karang di Indonesia yang cukup terkenal di antaranya Taman Nasional Bawah Laut Bunaken.

6.      Ekosistem laut dalam
Ekosistem laut dalam terdapat di laut dalam atau palung laut yang gelap karena tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Pada ekosistem laut dalam tidak ditemukan produsen. Organisme yang dominan, yaitu predator dan ikan yang pada penutup kulitnya mengandung fosfor sehingga dapat bercahaya di tempat yang gelap.


 

0 komentar:

My Instagram